DILI, 30 agustus 2024 (TATOLI)— Perdana Menteri Timor-Leste, Kay Rala Xanana Gusmão mengingat kembali kontribusi dari Mendiang Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bansa-Bansa), Kofi Annan yang mendorong dukungan solidaritas internasional hingga Timor-Leste mencapai Referendum pada 30 agustus 1999.
Ia mengatakan selama mencabat sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Kofi Annan berkomitmen untuk mengutamakan penyelesaian masalah di Timor hingga mendapatkan referendum.
“Selama bertahun-tahun dunia internasional tidak mengakui perjuangan kita. Jadi, kita harus memberikan penghormatan kepada Kofi Annan, ketika Ia masuk sebagai Sekjen PBB Ia memiliki komitmen yang besar untuk menyelesaikan kasus Timor-Leste,” kata Xanana Gusmão dalam pidatonya pada malam perayaan 25 tahun Referendum di Stadion Dili, jumat ini.
Kepala Pemerintahan mengatakan, selama perjuangan Timor-Leste tidak pernah mendapat dukungan senjata dari luar negeri, namun dukungan politik dan moral melalui gerakan solidaritas internasional sangat kuat.
“Masyarakat di banyak negara telah berdiri mendukung perjuangan kita selama ini, hal ini yang patut kita syukuri sebagai masyarakat kepada organisasi, gerakan solidaritas di banyak negara yang terus memberi kita keberanian,” ujarnya.
Kofi Atta Annan lahir pada 08 april 1938 di Kumasi, Ghana. Ia meninggal dunia pada 18 agustus 2018 di Bern, Swiss, setelah mengalami sakit singkat. Ia meninggal dengan tenang di rumah sakit, dikelilingi oleh keluarganya.
Annan adalah diplomat terkemuka yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB ke-7 dari Januari 1997 hingga Desember 2006. Ia menjadi orang Afrika kulit hitam pertama yang menduduki posisi tersebut dan dikenal karena upayanya dalam mempromosikan perdamaian dan pembangunan global.
Pada tahun 2001, ia bersama PBB dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas kontribusinya dalam menciptakan dunia yang lebih damai.
Kofi Annan, sebagai Sekretaris Jenderal PBB, memainkan peran penting dalam proses kemerdekaan Timor-Leste yang berlangsung setelah invasi Indonesia pada tahun 1975.
Setelah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada tahun 1997, Annan berkomitmen untuk menemukan solusi bagi krisis di Timor-Leste. Ia melakukan kontak dengan pemerintah Portugal dan Indonesia untuk memfasilitasi dialog mengenai status Timor-Leste.
Pada agustus 1999, Annan berhasil menegosiasikan referendum yang memberikan kesempatan kepada rakyat Timor-Leste untuk memilih antara otonomi dalam kerangka Indonesia atau kemerdekaan penuh. Referendum ini dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999, di mana sekitar 78,5% suara mendukung kemerdekaan.
Setelah hasil referendum diumumkan, terjadi kekerasan besar-besaran oleh kelompok pro-Indonesia yang menolak hasil tersebut. Annan mengorganisir intervensi pasukan internasional yang dipimpin oleh Australia untuk memulihkan ketertiban dan melindungi warga sipil di Timor-Leste.
Setelah situasi stabil, Annan memastikan bahwa PBB tetap terlibat dalam proses pembangunan perdamaian di Timor-Leste hingga negara tersebut resmi merestorasikan kemerdekaannya pada tanggal 20 Mei 2002. Kofi Annan tidak hanya membantu mengakhiri penjajahan tetapi juga mendukung transisi menuju pemerintahan yang berdaulat dan damai di Timor-Leste.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz