DILI, 06 maret 2024 (TATOLI)—Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) melalui ASEAN Travelling Resource Person Programme (ATRPP) tentang ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) mulai memperkenalkan politik informasi dan media di Timor-Leste.
Kegiatan tersebut dilakukan melalui pelatihan yang diselengarakan langsung oleh Sekretariat Negara urusan Komunikasi Sosial (SEKOMS) dan Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama (MNEK) yang bekerjasama dengan Sekretariat ASEAN untuk Divisi Budaya dan Informasi (Culture and Information Division).
Pelatihan tersebut ditujukan pada para jurnalis dari institusi publik dan swasta, media, komunitas radio, asosiasi jurnalis, pusat informasi, Dewan Pers, masyarakat sipil, mitra SEKOMS, dan pihak-pihak lain yang terkait.
Kepala Divisi Budaya dan Informasi, Direktorat Pembangunan Berkelanjutan ASEAN di Jakarta, Jonathan Tan mengatakan tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai politik ASEAN di bidang informasi dan media, pelayanan kerjasama ASEAN di bidang informasi dan media dan rencana strategi ASEAN di bidang informasi dan media pada tahun 2016-2025.
“Media memiliki peran sangat penting bagi ASEAN karena akan terhubung dengan masyarakat melalui hati dan pikiran mereka. Kami ingin mengembangkan keterlibatan yang lebih besar dengan media, bahkan dari divisi kami sendiri dari waktu ke waktu. Kami juga mengatur keterlibatan media,” jelas Jonathan Tan di Hotel Novo Turismo, rabu ini.
SEKOMS, Expedito Dias Ximenes meyakini dari perspektif media, bahwa aksesi Timor-Leste ke ASEAN sangat penting. Karena, Timor-Leste dapat memperoleh kesempatan untuk menjadi bagian dari kegiatan regional dalam kaitannya dengan sektor komunikasi sosial.
“Ini untuk mempromosikan pertukaran media dengan negara anggota lainnya karena Timor-Leste merupakan negara yang masih dalam proses pengembangan media dan perlu belajar dari negara-negara anggota lainnya yang lebih maju dalam bidang teknologi informasi,” ucapnya.
Ia menyatakan bahwa transformasi digital tidak ada batasan untuk media sehingga platform konvensional dan digital harus menyadari bahwa seiring dengan kemajuan teknologi di bidang digital akan menghadapi banyak tantangan ketika Timor-Leste bergabung dengan ASEAN.
Karena, katanya akan ada persaingan yang besar di antara media, terutama di antara media yang sudah maju di negara-negara anggota ASEAN dan media lain yang masih berkembang.
Oleh karena itu, tuturnya, dalam hal persiapan integrasi Timor-Leste ke dalam organisasi internasional ini, persiapan media menjadi prioritas terutama dalam hal pengembangan infrastruktur institusi media, mempromosikan kapasitas jurnalisme dan menghormati kode etik jurnalistik Timor-Leste baik peraturan media regional maupun internasional.
Namun, Ia menegaskan bahwa aksesi Timor-Leste ke ASEAN akan lebih menguntungkan sektor komunikasi sosial dengan memungkinkannya untuk belajar tentang media negara lain yang lebih maju dan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai referensi untuk media yang sedang berkembang di Timor-Leste.
Sementara, Pengelola Radio Komunitas Maubisse, Joaquim de Fatima Coutinho yang menjadi peserta dalam pelatihan tersebut meyakini bahwa saat ini media di Timor-Leste menghadapi tantangan dalam pembentukan sumber daya manusia (SDM).
“Ini adalah tantangan yang masih belum terselesaikkan, harus ada pelatihan yang lebih intens bagi para pelaku media karena untuk berkompetisi dengan negara anggota ASEAN lainnya kita harus menunjukan kemampuan kita, jangan sampai kita tidak memiliki persiapan apapun,” jelasnya.
Ia mengungkapkan meskipun Pemerintah melalui Dewan Pers Timor-Leste (KI), Pusat Pelatihan Teknik dan Komunikasi (CEFTEC) dan mitra pembangunan menyediakan pelatihan bagi pelaku media, tetapi tidak ada kelanjutan bagi para peserta.
“Mereka sudah mengikuti pelatihan tetapi setelah itu kita tidak tahu harus kemana dan melakukan apa,” paparnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz