DILI, 27 oktober 2023 (TATOLI)– Pada tahun 2005, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 27 oktober sebagai World Day for Audiovisual Heritage sebagai sebuah penghormatan bagi kesadaran dan pentingnya Audiovisual dan pengawetan dokumen.
Pada tahun 2023, tema untuk peringatan World Day for Audiovisual Heritage adalah “Your Window to the World” yang merupakan jendela kita kepada dunia. Warisan Audiovisual memungkinkan semua orang menjadi saksi dan melihat/mendengar informasi dan acara di masa lalu serta mengembangkan narasi informasi yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan hiburan.
Seperti yang diketahui semua orang, penyebab perjuangan kemerdekaan Timor-Leste di antaranya adalah hasil dan kontribusi dari dokumen Audiovisual, khususnya Pembantaian 12 November, yang diabadikan oleh Sinematografer Inggris, Mendiang Max Stahl, ‘Balibo Five’, serta dokumen Audiovisual lainnya yang diproduksi oleh sejarawan atau media, baik nasional maupun internasional.
Karena itu, dalam rangka peringatan warisan Audiovisual, penting untuk mempertahankan dan melestarikan dokumen Audiovisual tentang perjuangan rakyat Timor dan juga untuk memahami dan mengetahui tentang pentingnya konservasi dan warisan Audiovisual bagi generasi di masa depan.
“Saya ingin memberikan selamat kepada semua yang memperingati Hari Audiovisual, terutama bagi mereka yang dengan sabar dan tekun mengobservasi materi-materi penting seperti audiovisual. Karena, audiovisual adalah gambar hidup yang menjadi pesan bagi generasi baru dan masa depan, maka kita memiliki tanggung jawab besar untuk merawat dan melestarikannya,” kata Direktur Eksekutif Pusat Audiovisual Max Stahl Timor-Leste (CAMSTL), Eudicito Pinto kepada Tatoli di CAMSTL.
Dikatakan, ketika melakukan wawancara atau membuat film, tidak hanya melakukannya untuk diri kita sendiri. Kita melakukannya untuk generasi masa depan agar mereka dapat mengakses dan mengetahui apa yang terjadi di masa lalu. Karena mereka memiliki waktu yang terbatas, maka Audiovisual menjadi narator sejarah yang harus kita gunakan.
CAMSTL didirikan oleh Max Stahl dan Kirsty Sword Gusmão, yang bekerja untuk melestarikan catatan sejarah audiovisual tentang perlawanan, identitas, martabat selama proses perjuangan rakyat Timor-Leste melawan invasi.
Dengan demikian, dokumen audiovisual ini menjadi bahan atau sumber bagi para mahasiswa dan akademisi dari berbagai universitas untuk diakses dalam penelitian ilmiah yang bermanfaat bagi mereka dalam menulis tesis, atau bagi jurnalis untuk melakukan investigasi.
Saat ini, CAMSTL memiliki platform sistem opsional agar orang-orang dapat mengakses dokumen audiovisual ini terutama bagi masyarakat yang ingin mempelajari sejarah dalam berbagai kategori seperti edukasi, pariwisata, ekonomi, kesehatan, dan budaya.
“Saya meminta agar pemerintah dan masyarakat dapat melestarikan video dan audio yang penting untuk kepentingan negara di tempat yang tepat seperti CAMSTL dan semua orang bisa mengaksesnya,” katanya.
Di lain tempat, Fotografer dan Dokumenter Freelance Timor-Leste, Bernardino Soares, memperkuat Audiovisual sebagai perantara dan gambar yang menjadi jembatan untuk menyampaikan suatu masalah atau interpretasi orang lain.
“Ia meminta kepada jurnalis dan produser Audiovisual agar tidak hanya fokus pada politik tetapi juga meliputi bidang pertanian, Human interest, sosial, seni, budaya, kehidupan rakyat Timor dan bidang lainnya, karena bidang-bidang tersebut sangat membutuhkan kontribusi kita, dan harus memvalidasi atau mengkonfirmasi informasi sebelum dipublikasikan,” ujarnya.
Dalam hal ini, dia membuat dokumen Audiovisual sebagai inovasi dalam bidang pertanian, gender di bidang pertanian, pendidikan seks, kesehatan ibu dan anak, dan budaya seperti tenunan Tais.
Karena itu, dia meminta Pusat Nasional Chega, CAMSTL, RTTL (Radio Televisi Timor Leste) dan Kantor Berita TATOLI untuk mengarsipkan untuk dekade mendatang, karena digitalisasi dan pengembangan multimedia sangat penting untuk dinamika dalam mendukung perekaman dan preservasi di Audiovisual.
Sementara, Direktur Eksekutif Casa de Produção Audiovizuál (CPA), Rui Muakandala, mengucapkan selamat kepada semua media di seluruh dunia atas perayaan Hari Audiovisual Internasional pada tanggal 27 oktober.
“Saya memberikan selamat kepada kita semua atas pentingnya audio dan visual dalam dunia yang berkembang pesat ini karena bukan hanya mendengar dan membaca tapi juga dapat melihat gambar-gambar yang hidup,” katanya.
Menurutnya, fokus dari dokumenter-dokumenter yang diproduksi oleh CPA adalah pada mereka yang tidak memiliki kesempatan dan sebagai platform untuk menyuarakan pendapat mereka dan untuk berbicara tentang hal-hal yang mereka bisa lakukan.
Karena itu, misi CPA adalah untuk menjadi “suara bagi mereka yang tidak di dengar” dan untuk keadilan sosial bagi orang-orang terpinggirkan yang tinggal di daerah pedesaan, perempuan muda, dan penutur bahasa tetun yang tidak pernah didengar.
“Orang-orang di pedesaan yang kurang memiliki banyak akses kepada air, jalan raya yang baik, dan listrik, maka CPA mengajak mereka untuk berbicara tentang apa yang mereka inginkan dan meminta pemerintah untuk memperhatikan kekhawatiran mereka,” katanya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz