DILI, 17 februari 2023 (TATOLI)– Perwakilan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di Timor-Leste (TL), Bilal Durrani, meminta pemerintah untuk memperhatikan masalah anak-anak di TL.
“Saya mengambil kesempatan ini untuk meminta para pemimpin di negara ini untuk memperhatikan masalah anak-anak. Karena, anak-anak adalah masa depan bangsa,” kata Bilal Durrani dalam workshop tentang anak dengan tema ‘Rona Ami Labarik Nia Lian Hodi Asegura no Realiza Ami-nia Direitu’ (Dengarkan suara anak demi menjamin hak anak) yang digelar di CCD, Dili, kamis.
Dia juga mengatakan bahwa, pemerintah harus memperhatikan anak-anak timor yang hidup dalam keadaan kurang mampu dengan terus memperhatikan mereka.
Sementara, Wakil Menteri Solidaritas Sosial dan Inklusif (MSSI), Signi Verdial, meyakinkan bahwa Pemerintah berkomitmen mendukung anak-anak membangun masa depan yang lebih baik.
“Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk membantu anak-anak dan keluarga rentan di negara ini untuk memiliki akses ke pendidikan dan kesehatan. Pemerintah terus memerangi angka kemiskinan melalui Program ‘Bolsa da Mãe Nova Geração’,” ujarnya.
Dijelaskan, MSSI juga bercermin pada perlindungan anak dan remaja dalam situasi bahaya. Dengan demikian, undang-undang perlindungan anak dapat menjamin hak dan kebebasan beraktivitas.
“Tujuan utama dari pertemuan hari ini untuk mempertemukan semua entitas yang terdiri dari anggota Parlemen Nasional, UNICEF, dan Duta Besar Jepang untuk TL. Dalam pertemuan ini hadir pula Presiden Republik, José Ramos Horta, yang turut mendengar keprihatinan anak-anak Timor yang dihadapi dalam situasi kehidupan nyata,” katanya.
Dilain pihak, Ketua INDDICA (Lembaga Perlindungan Hak Anak), Dinorah Granadeiro mengatakan berdasarkan pengamatan INDDICA menunjukan kebanyakan siswa di TL masih mengeluh tentang fasilitas pendidkan di TL, salah satunya jarak sekolah yang jauh dari tempat tinggal.
“Siswa Timor selalu mengeluhkan jarak sekolah yang jauh, tidak tersedianya jalan raya, tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan layanan inklusif bagi anak-anak di Dili dan juga di pedesaan di seluruh wilayah TL,” kata Dinorah.
Menurutnya, ada berbagai bentuk pelanggaran terhadap anak-anak dalam keluarga, masyarakat dan lainnya. Hal ini juga menghambat anak-anak untuk mengakses proses belajar mengajar di sekolah.
Selain itu, Perwakilan anak-anak, Olávio Almeida, menyebutkan bahwa sumber daya manusia dan infrastruktur sekolah untuk penyandang disabilitas tidak mencukupi, perpustakaan tidak tersedia di sekolah dan makan siang di sekolah tidak bergizi”, tuturnya.
Olávio Almeida juga berbicara tentang kurangnya pusat dan profesional kesehatan di daerah pedesaan untuk membantu masyarakat, khususnya kepada anak-anak.
Sejauh ini, data INDICA menunjukkan 300 lebih anak sebagai pekerja menggunakan waktu luang mereka untuk bekerja, yang sebagian besar anak berasal dari Zona Administratif Khusus Ambeno Oecuse. Sementara itu, 99 % anak bersekolah.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz