DILI, 24 juni 2022 (TATOLI) – Pemerintah Timor-Leste melalui Perdana Menteri Sementara, Fidelis Manuel Leite Magalhães akan mencari solusi untuk tujuh tenaga kerja (Naker) berwarga Negara Timor-Leste (WNTL), yang saat ini bekerja dan hidup susah di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Perdana Menteri Sementara sekaligus sebagai Menteri Kabinet Dewan Menteri itu mengatakan hal tersebut kepada wartawan usai bertemu Presiden Republik, José Ramos Horta di Istana Kepresidenan, Bairro Pite, Dili, jumat ini.
Tujuh (7) tenaga kerja warga negara Timor-Leste (WNTL), berinisial BS, ECdR, L, P, M, A, A (ketujuhnya perempuan) kini sedang hidup susah di Dubai Uni Emirat Arab (UEA). Karena, perusahaan yang mempekerjakan mereka tidak memiliki kontrak resmi dan menyita semua dokumen pribadi, kecuali telepon genggam untuk berkomunikasi.
“Mengenai situasi yang dihadapi ketujuh orang Timor-Leste di Dubai, menurut informasi yang tersebar di masyarakat, mereka berangkat ke Dubai melalui jalur ilegal dan mengalami perlakuan buruk di tempat kerja. Ini masalah yang membuat Pemerintah dan otoritas terkait akan mencari solusi untuk masalah itu,” kata Magalhães.
Berita terkait : Tujuh tenaga kerja Timor-Leste hidup susah di Dubai : Kami ingin pulang
Dia mengatakan tanggung jawab pemerintah adalah memastikan keselamatan warga negara Timor Leste di luar negeri.
“Kita perlu memastikan warga negara kita dilindungi di luar negeri dan aman dari kegiatan terlarang apa pun,” katanya.
Sebelumnya, Presiden Republik, José Ramos Horta, meminta kepada Pemerintah Timor-Leste (TL), untuk memulangkan tujuh tenaga kerja (Naker) berwarga Negara Timor-Leste (WNTL), yang saat ini bekerja dan hidup susah di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Berita terkait : Tujuh tenaga kerja susah di Dubai, Presiden Horta minta Pemerintah pulangkan ke Timor-Leste
Sementara itu, WNTL berinisial BS yang sekarang di Dubai pada Tatoli via WhatsApp sebelumnya mengungkapkan, “Saya datang kesini pada 24 april 2022. Saya bekerja di salon. Mereka membagikan kami secara terpisah dan berjauhan. Kami ada tujuh orang. Kami bekerja di salon. Kami tidak memiliki kontrak. Mereka langsung menyuruh kami untuk bekerja,” ungkapnya.
“Setelah bekerja, kami dinilai dari kertas putih yang terkumpul. Kertas mencapai 5.000, mereka akan bayar 200 dirham (setara dengan $54 atau $45). Jika kertas tidak terkumpul sesuai target, kami tidak akan dapatkan bayaran. Paspor kami diambil. Kami bekerja dengan visa turis. Saat ini visa kami sudah expired,” lanjut BS.
Berita terkait : Kasus tujuh Naker di Dubai, PCIC bekerjasama dengan POLRI identifikasi agency di Indonesia
Di lain pihak, WNTL berinisial ECdR juga menghadapi situasi dan menceritakan hal yang sama.
“Kami datang kesini pada 19 mei lalu dan 19 juni 2022 ini, visa kami akan expired. Sebuah agency di Ai-mutin yang menyuruh kami ke Indonesia setelah itu agency di Indonesia menjual kami ke Dubai. Saat ini kami sangat menderita. Bayaran pada kami setiap hari tidak jelas,” ECdR menceritakan kronologi tersebut via WhatsApp pada Tatoli.
Reporter : Filomeno Martins
Editor : Nelia Borges (penerjemah : Armandina Moniz)