DILI, 05 Mei 2022 (TATOLI) – Perwakilan UNICEF di Timor-Leste (TL), Bilal Aurang Zeb Durrani, mengatakan perlu menangani kesehatan anak sejak dini. Karena, jika seorang anak di bawah lima tahun kekurangan gizi akan mengalami kekerdilan.
Bilal Durrani menjelaskan, berdasarkan data yang ada sekitar 47% anak-anak di TL pertumbuhannya terhambat sehingga mengakibatkan kekerdilan.
“Stunting (kerdil) terjadi akibat kekurangan gizi kronis. Gangguan tumbuh kembang yang dialami anak pada 1.000 hari pertama, sekitar usia dua tahun,” kata Perwakilan UNICEF, Bilal Durrani pada wartawan Tatoli, di Caicoli Dili.
Bilal merekomendasikan tiga cara untuk menghentikan kekerdilan pada anak-anak di TL, dimana UNICEF telah menerapkannya di 190 lebih negara.
Disebutkan, tiga cara tersebut adalah, pertama, menyusui bayi untuk mencegah kekurangan gizi, dalam satu jam setelah bayi lahir. Kedua, memberi makanan yang bernutrisi, menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare.
Dikatakan, ketiga adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui, sekolah, fasilitas kesehatan, dan orang tua sebagai langkah penting untuk mengurangi kekerdilan di TL.
Menurut Survei Pangan dan Gizi Timor-Leste yang diluncurkan Perdana Menteri, Taur Matan Ruak, Menteri Kesehatan, Odette Freitas Belo, Mitra Pembangunan, dan badan-badan PBB di Timor-Leste mengidentifikasi empat fakta mengkhawatirkan yang menyebabkan kekerdilan di Timor -Leste.
Keempat fakta tersebut adalah pertama, Survei menemukan bahwa 53% ibu tidak “memulai” menyusui bayi mereka ketika baru lahir. Menyusui dini sangat penting karena menyusui pertama mengandung kolostrum, susu khusus yang sering disebut sebagai “emas cair”. Karena sifat kekebalannya. Kolostrum ini berfungsi sebagai “imunisasi” pertama bayi, kaya akan vitamin A dan membantu memastikan usus dan tubuh bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kedua, Sangat berbahaya untuk memberikan air atau makanan apa pun kepada seorang anak dalam enam bulan pertama, tetapi 22% orang tua di TL mulai memberi makan anak-anak dengan makanan padat bahkan sebelum mereka berusia 6 bulan.
Survei ketiga ditemukan, 86% orang tua tidak memberi anak-anak mereka makanan pendamping yang sehat dan bergizi lokal yang terjangkau ketika mereka berusia enam bulan.
Keempat, 94% orang di TL tidak mencuci tangan setelah membuang kotoran anak dan persentase yang sama dari orang yang tidak mencuci tangan sebelum menyusui/memberi makan anak. Hal ini menyebabkan penyakit mematikan seperti diare dan cacingan.
Jadi, Perwakilan UNICEF, Bilal Durrani meminta untuk tidak memberi susu formula kepada bayi baru lahir. Jika itu terjadi dapat meningkatkan kekerdilan pada anak.
Dijelaskan, dua dekade terakhir, persentase anak-anak TL yang tidak memulai menyusui dini telah meningkat menjadi 53% pada tahun 2020, sehingga sebagian besar anak kehilangan ASI (air susu ibu) yang kaya akan vitamin dan nutrisi penting.
“Prevalensi nasional, pemberian susu botol sekita 32%, dengan tertinggi 53% di Dili,” ungkapnya.
Ia mengutarakan kurangnya kebersihan untuk membersihkan botol susu dengan benar menyebabkan infeksi diare yang dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk makan dan menyerap makanan bergizi.
Dia juga mengimbau para ibu untuk berhenti memberikan susu formula kepada anaknya, dan hanya memberikan ASI selama 6 bulan pertama kehidupan, tanpa makanan atau air lain.
Dalam Rencana Aksi Nasional Konsolidasi Timor-Leste untuk Gizi dan Ketahanan Pangan (CNAP), pemerintah telah menetapkan tujuan untuk mengurangi kekerdilan pada anak-anak sebesar 22% (dari 47% menjadi 25%) pada tahun 2030.
“Menurut para peneliti, jika pemerintah memiliki fokus yang tajam hanya pada 10 intervensi kesehatan kritis (mencapai 90% dari populasi), tujuan pengurangan stunting sebesar 22% ini dapat tercapai,” rekomendasinya.
Sementara itu, pada 5 Mei 2022, pemerintah Timor-Leste, bersama dengan mitra pembangunan dan badan-badan PBB meluncurkan Rencana Strategis Gizi Sektor Kesehatan Nasional untuk 2022–2026 untuk mencapai tujuan CNAP dalam mengurangi kekerdilan sebesar 22%.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz