DILI, 03 mei 2022 (TATOLI)— Untuk mencegah ancaman pada era digitalisasi bagi kaum jurnalis, maka perlu untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam menyampaikan informasi berita.
Wakil ketua Departamen Komunikasi Sosial Universitas Nasional Timor Lorosa’e (UNTL), Dulce Martins mengatakan, pentingnya meningkatkan kualitas dalam bekerja di dunia jurnalis. Itu harus dilakukan untuk mencegah ancaman pada era digitalisasi.
“Kualitas sangat penting. Untuk itu dibutuhkan pelatihan pada jurnalis, untuk dapat menambah pengetahuan. Dan dapat menggunakan digitalisasi sebagai metode pelatihan yang dapat mengontrol dengan kualitas informasi yang baik,” kata Dulce Martins pada seminar dalam rangka peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia di Delta Nova Dili, selasa ini.
Sementara itu, CEO STL Media Group, Salvador J.X Soares mengatakan, era digitalisasi memberikan ancaman juga bagi distribusi koran. Karena, media sosial menjadi referensi bagi khalayak masyarakat.
“Kita harus mengubah persepektif kita dizaman dulu dan sekarang. Karena, dulu kecepatan lebih dipentingkan namun sekarang kecepatan bukan faktor utama, karena akan kalah jika bersaing dengan media social. Maka itu, kita memanfaatkan sumber utama dari media social,” jelasnya.
Menurutnya, untuk meningkatkan kualitas bagi jurnalis yang baik yakni harus bisa menulis berita dikoran, telivisi, on-line dan radio.
“Apa yang saat ini, kami coba terapkan di STL, wartawan harus mempunyai pengetahuan dalam menulis berita dikoran, televisi, on-line dan radio. Dan ini diharuskan,” ucapnya.
Ditambahkan, dalam era digitalisasi, banyak informasi yang didapatkan oleh publik, sehingga untuk mencegah terjadinya berita hoax, maka intansi media harus mempertahankan kredibilitas dalam penyampaian berita.
Semantara itu, Consultant dari Organisasi Pendidikan, Ilmu, dan Kebudayaan (UNESCO) dari kantor Jakarta, Indonesia, Hesthi Murthi menjelaskan bahwa dalam perubahan perkembangan digital menimbulkan ancaman bukan hanya pada jurnalis dan media namun juga pada masyarakat dalam mengakses informasi.
“Berdasarkan data 2021 dan 2022 yang diluncurkan UNESCO bentuk ancaman bagi jurnalis sangat beragam, dan cukup mengkhawatirkan, diantaranya, munculnya surveillance kepada jurnalis yang tidak diinginkan,” jelas Hesthi melalui video call dari Jakarta.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz