DILI, 08 april 2022 (TATOLI)— Sepanjang tahun 2003 hingga 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Institut Nasional melawan HIV-AIDS (Institutu Nasionál Kombate HIV-INCSIDA), menemukan sebanyak 1.526 pasien Timor-Leste (TL) terinfeksi HIV-AIDS, 166 diantaranya meninggal dunia.
Demikian hal itu dikatakan, Ketua Institut Nasional melawan HIV-AIDS, Atanasio de Jesus kepada wartawan usai acara membagi informasi tentang HIV-AIDS di Gereja Protestan Dili, Bebora, jumat ini.
Berita terkait : 2003-2021, 234 pasien meninggal akibat HIV/AIDS
Atanasio menjelaskan, sejak 2003 hingga saat ini, pihaknya mendeteksi 1.526 pasien HIV-AIDS, 166 diantaranya meninggal dunia. Sementara 719 pasien sedang rutin melakukan perawatan di Rumah Sakit Nasional dan 500 pasien lebih Drop Out. Artinya mereka tidak ingin melakukan melanjutkan perawatan. Namun, mereka memilih melakukan perawatan di rumah.

Ketua Institut Nasional melawan HIV-AIDS, Atanasio de Jesus. Foto Tatoli/ Francisco Sony
“Ada beberapa pasien Drop Out. Mereka tidak ingin bekerja sama dengan Kemenkes khususnya Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan. Namun, mereka masih bebas di luar tanpa pengobatan. Ada juga beberapa diantaranya mengantikan identitasnya. Sehingga ini akan menjadi ancaman bagi masyarakat,” kata Ketua INCSIDA, Atanasio.
Berita terkait : Dampak Covid-19, 563 pasien HIV/AIDS berhenti berobat
Dikatakan, Kemenkes berusaha berbagai cara untuk bisa mencari pasien tersebut dan sebagian pasien telah kembali dengan sendiri ke rumah sakit untuk lakukan pengobatan saat imun mereka mulai menurun.
Menurutnya, untuk mencegah meningkatnya kasus tersebut maka INCSIDA berusaha untuk mendorong dan menyadarkan masyarakat tentang pencegahan dini.
“Sensibilisasi dilakukan sejak tahun 2014 hingga saat ini. Pada tahun lalu kita melakukannya di kotamadya Bobonaro, Ermera dan lainnya. Banyak masyarakat yang telah mendengarkan informasi tentang pencegahan penyakit tersebut dan mulai membagikan informasi kepada yang lainnya,” ucapnya.
Dia menyebutkan, kasus HIV-AIDS paling tertinggi dikotamadya Dili, Bobonaro, Covalima, RAEOA, Baucau dan Ermera. Dalam upaya pencegahan, Kemenkes mendapatkan dukungan dari Dana Global, WHO, dan lainnya.
Sementara itu, Pastor dari gereja Protestan, Lourenço dos Santos mengutarakan bahwa, sensibilisasi melalui gereja merupakan hal yang baik, karena umatnya dapat mengetahui dan membagikan informasi tentang pencegahan dini kepada masyarakat lainnya.
“Gereja melihat situasi saat ini sangat memprihatikan. Karena, adanya hubungan bebas yang tidak terkontrol, sehingga dibutuhkan sensibilasasi melalui gereja,” tuturnya.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz