DILI, 17 januari 2021 (TATOLI)—Kementerian Kesehatan melalui Ketua Institut Nasional Melawan HIV-AIDS (Institutu Nasionál Kombate SIDA-INCSIDA), Atanasio de Jesus mengatakan sejak tahun 2003 hingga november 2021 terdaftar 234 pasien meninggal dunia akibat penyakit HIV-AIDS.
Atanasio menjelaskan, sejak 2003 hingga november 2021 juga telah terdaftar 1.464 orang yang teridentifikasi HIV SIDA. Dari total tersebut 234 diantaranya meninggal dunia.
Atanasio menginformasikan bahwa, dari 1.464 yang teridentifikasi ada beberapa pasien yang drop out. Artinya pasien tersebut tidak ingin melakukan pengobatan di rumah sakit karena menganggap kesehatannya masih stabil, meskipun menderita AIDS.
“Dalam tahap awal terinfenksi, masih terlihat normal, sehingga mereka tidak ingin melakukan pengobatan. Mereka juga menganti identitasnya termasuk pada riwayat kesehatan sehingga sangat sulit bagi petugas medis untuk melakukan pengobatan pada mereka, dan saat ini mereka menjalani kehidupan ditengah masyarakat ,” kata Atanasio pada TATOLI, di Pantai Kelapa, Dili, senin ini.
Dikatakan, dari mereka yang terinfeksi, maioritas kaum muda yang paling rentan terhadap HIV/AIDS. “Karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang HIV/AIDS, sehingga mereka sangat rentan untuk tertular HIV/AIDS,” tuturnya.
“Dari data tersebut menandakan bahwa HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Timor-Leste. INCSIDA akan berupaya melakukan Kampanye Pencegahan HIV dan AIDS, sehingga dapat memerangi HIV/AIDS pada masyarakat. Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran kaum muda dalam mempraktikkan tindakan pencegahan HIV yang sehat, seperti memilih perilaku seksual yang kurang berisiko, membatasi jumlah pasangan seksual dan menggunakan kondom setiap kali berhubungan seksual,” ujarnya.
Ia menjelaskan dari angka tersebut saat ini ada 1.230 orang di TL menderita HIV/AIDS, 715 di antaranya sedang dalam perawatan.
“Sementara sisanya hilang untuk ditindaklanjuti oleh para profesional kesehatan. Petugas kesehatan tidak dapat menghubungi karena mereka mengubah nomor kontak. Orang-orang ini juga pasti berhubungan seksual dengan anggota komunitas lainnya. Jadi, terlepas dari semua upaya yang telah dilakukan, jumlah kasus terus akan meningkat setiap tahun,” jelasnya.
Menurutnya, jumlah penderita HIV/AIDS lebih tinggi di empat kotamadya yaitu Bobonaro, Dili, Suai-Covalima, dan RAEOA.
“Selain kegiatan prostitusi ilegal, masyarakat perbatasan selalu melakukan penyeberangan perbatasan secara ilegal. Sehingga membawa HIV/AIDS ke negara ini,” tuturnya.
Reporter : Mirandolina Barros Saores
Editor : Armandina Moniz