DILI, 15 desember 2021 (TATOLI)– Komite Budaya Takbenda telah memasukkan testil “Tais” Timor-Leste (TL) dalam daftar warisan budaya takbenda UNESCO yang membutuhkan perlindungan mendesak.
Keputusan ini ditetapkan melalui konferensi sesi keenam belas Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda yang diadakan secara online tepatnya pada pukul tiga sore waktu Paris, Perancis dan pukul sebelas malam waktu Timor-Leste.
Sekretariat Eksekutif Komisi Nasional Timor-Leste untuk UNESCO (KNTLU), Francisco Barreto mengatakan, Timor-Leste memenuhi semua kriteria untuk klasifikasi, serta untuk bantuan keuangan, dalam jumlah $265.895.
Berita terkait : Timor Aid promosi produk Tais dalam katalog
“Melalui rapat semalam secara online dalam sesi Pemeriksaan pencalonan Prasasti dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Perlu Dilindungi Mendesak, Komite menetapkan Tais Timor sebagai warisan budaya milik TL yang membutuhkan perlindungan mendesak,” kata Francisco pada Tatoli di kantor KNTLU INFORDEP, Balide, Dili, rabu.
Pertemuan tahunan tersebut diadakan sepenuhnya secara online dari 13 hingga 18 Desember 2021 dan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal – Komisi Nasional Sri Lanka untuk UNESCO, Punchi Nilame Megaswatte, untuk menyatukan ratusan peserta, perwakilan Negara Pihak, organisasi non-pemerintah, lembaga budaya dan pemangku kepentingan lainnya dari seluruh dunia.
Selain TL, Komite Budaya Takbenda telah memasukkan tiga praktik dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak.
Berita terkait : November 2021, produk Tais akan menerima hasil nominasi warisan budaya Internasional
Ia menjelaskan, pihak Timor-Leste menominasikan testil tais dari enam kotamadya, Lautem, Baucau, Ermera, Bobonaro, Suai dan Oecusse.
Dalam pengajuan tersebut disebutkan juga tentang proses pembuatan Tais menggunakan bahan lokal yang sudah dipraktekkan mengikuti leluhur orang Timor. TL juga mengirimkan foto dan video tentang proses pembuatan Tais sendiri.
“Setelah semua data yang kita kirimkan, komite yang melakukan evaluasi dan akhirnya Tais masuk dalam daftar untuk warisan budaya dan mereka melihat bahwa dengan berbagai ancaman teknologi modern bisa membuat keaslian dari proses pembuatan Tais memiliki resiko,” jelasnya.
Proses persiapan dari TL dilakukan dengan membentuk Komite Warisan Budaya dan Takbenda yang terdiri dari Sekretariat negara urusan seni dan Budaya (SEAK), Kementerian Pariwisata, Perdagangan dan Industri (MTCI), Sekretariat Negara urusan Kesetaraan dan Inklusif (SEII), Yayasan ALOLA, UN Women, UNCESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB) sejak 2019 dan melalui proses kerjasama dengan USAID.
Komite mengirimkan nominasi Tais pada 20 maret 2020 dan mendapatkan notifikasi bahwa ada kemungkinan masuk pada Mei 2020, dan membuat dokumen Rencana Anggaran Perlindungan yang diberikan pada Agustus 2020.
“Tahun ini mereka melihat bahwa dokumen kita sudah lengkap dan semalam sudah resmi ditetapkan,” kata Francisco.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz