DILI, 16 november 2021 (TATOLI)—Menteri Transportasi dan Telekomunikasi, José Agostinho mengatakan Timor-Leste (TL) saat ini memiliki konektivitas internet internasional sangat terbatas, sehingga solusinya, pemerintah menggunakan sistem TL South Submarine Cable (TLSSC).
Menteri Transportasi dan Telekomunikasi, Jose Agostinho mengutarakan hal itu ketika memberi sambutan pada acara pemberian sertifikat pada Perusahaan CESLINK, S.A, di Kantor Kementerian Mentranstel, Caicoli, Dili, selasa ini.
Dikatakan, pada maret tahun ini, TL telah mencapai sepuluh tahun mengimplementasikan politik liberalisasi sektor telekomunikasi untuk memberi kesempatan kepada investor lain untuk berinvestasi.
Ia menjelaskan, sejak 2013, sektor telekomunikasi mengalami kemajuan karena telah melengkapi tiga perusahaan telekomunikasi seperti Timor Telecom, Telkomcel dan Telemor. Dengan hadirnya tiga operator telekomunikasi di TL, konsumen bebas memilihnya.
Menurutnya, politik liberalisasi ini memberikan dampak positif bagi masyarakat karena sejak 2017, 96% populasi di TL bisa mengakses jaringan layanan telepon. Pada tahun yang sama, TL juga menduduki rangking 122 dari total 193 negara di dunia menurut indeks pekembangan International Telecommunications Union (ITU Development Index).
ITU juga mendata pada tahun 2020, 97% populasi TL bisa mengakses jaringan layanan telepon, 45% menjangkau jaringan 4G dan 30 dari 100 orang telah menggunakan layanan mobile broadband.
Dalam pendataan tersebut, ITU mengidentifikasi bahwa bandwidth International untuk setiap pengguna internet di TL baru mencapai 3kb/sec jika dibandingkan dengan 120kb/sec di Indonesia dan 954kb/sec di Singapura.
“Ini artinya TL saat ini memiliki koneksi internet atau konektivitas internasional yang sangat terbatas,” kata Menteri, José Agostinho.
Ia menyadari bahwa kebutuhan internet selama pandemi meningkat dengan pesat mulai dari layanan pekerjaan sampai kebutuhan belajar online dimana koneksi internet yang terbatas, memberikan dampak kurang baik pada proses ini.
Untuk menyelesaikan masalah keterbatasan bandwidth pada konektivitas internasional, pemerintah telah berencana melakukan investasi pada infrastruktur konektivitas internasional dengan kualitas terbaik.
“Kami telah mendirikan komisi antar kementerian untuk implementasi sistem TLSSC – TL South Submarine Cable yang akan menghubungkan TL ke dunia melalui Australia,” ujarnya.
Proyek TLSSC saat ini telah mencapai tahap akhir untuk proses tender yang mana telah dipastikan bahwa proses operasi sistim tersebut akan dimulai pada tahun 2023 dengan kapasitas bandwidth yang cukup.
Dijelaskan, spesifikasi sistem TLSSC memungkinkan TL untuk mengeluarkan bandwidth Internet sekitar 10Gbps (sepuluh gigabyte -per-second) dan untuk kapasitas maksimum yang direncanakan adalah 27,000Gbps (27 ribu gigabyte-per-second) yang terdiri dari konektivitas dari Dili-Darwin-Sydney dan Dili-Port Hedland-Singapura.
Ia menambahkan, selain investasi dalam sistem TLSSC untuk konektivitas internasional, pemerintah juga meningkatkan infrastuktur lain yang dibutuhkan untuk fasilitas interkoneksi jaringan TLIX (TL Internet Exchange) yang sekarang ini diimplemetasikan ANC (Otoritas Komunikasi Nasional).
“Kami berharap dengan bandwidth Internasional yang luas, murah dan dengan fasilitas interkoneksi jaringan operator di TL, dilengkapi registrasi administrasi operator layanan telekomunikasi yang transparan, gampang dan cepat bisa menjadi jalan bagi perkembangan layanan telekomuikasi dan layanan digital yang cukup,” tuturnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz