iklan

INTERNASIONAL, DILI, HEADLINE

Max Stahl hembuskan nafas terakhir di Brisbane-Australia

Max Stahl hembuskan nafas terakhir di Brisbane-Australia

Max Stahl berjabatan tangan dengan Presiden Republik Timor-Leste, Francisco Guterres Lu Olo, usai menerima penghargaan tertinggi the Collar of the Ordem de Timor-Leste di Istana Kepresidenan Timor-Leste pada 22 November 2019. Foto media istana kepresidenan.

DILI, 28 oktober 2021(TATOLI)-Pejuang Timor-Leste dan wartawan Inggris Max Stahl, menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Princess Alexandra di Brisbane – Australia, kamis pagi sekitar pukul 4:30 waktu setempat, setelah cukup lama berperang melawan penyakit kanker yang dideritanya.

Kabar meninggalnya Cristopher Wenner alias Max Stahl datang dari istrinya, Ingrid Bucens pada Mantan Presiden Timor-Leste, José Ramos Horta melalui pesan singkat “The King is dead. With immense sadness I am writing to let you know that Max passed away this morning around 4.30am” atau Raja telah meninggal.

“Dengan kesedihan yang luar biasa, saya menulis surat ini untuk memberitahu Anda bahwa Max meninggal pagi ini sekitar pukul 4.30,” demikian pesan singkat istri almarhum kepada Ramos Horta.

Max Stahl berbicara kepada wartawan, usai menerima penghargaan tertinggi the Collar of the Ordem de Timor-Leste di Istana Kepresidenan Timor Leste pada 22 November 2019. Foto media kepresidenan

Setelah menerima pesan sedih ini,  Ramos Horta membagikan kabar ini dan mengungkapkan kesedihan dan belasungkawanya pada keluarga mendiang Max Stahl lewat akun Facebook resminya dengan berkata “I know it is an unbearable pain, immense sadness, irretrievable loss. Max legacy of courage and love for family and Timor-Leste lives on in Mount Ramelau”.

“Saya tahu itu adalah rasa sakit yang tak tertahankan, kesedihan yang luar biasa, kehilangan yang tak dapat diperbaiki. Warisan Max keberanian dan cinta untuk keluarga dan Timor-Leste tinggal di Gunung Ramelau,” tulis Ramos Horta.

Bahkan pada empat hari lalu, tepatnya pada tanggal 24  Oktober tenggah malam, José Ramos-Horta sempat menuliskan tentang kondisi Max yang sedang kritis dan tengah berjuang melawan kanker yang kejam.

Dalam postingan tersebut dijelaskan, Ramos Horta dan Max sempat bertukaran pesan singkat dimana Ramos Horta berkata “Don’t die because your departure from Timor will cause such national pain and trauma!  And I don’t want to see it. I will just run away somewhere. So stay with us on Earth.”

Artinya “Jangan meninggal karena kepergianmu dari Timor akan menyebabkan rasa sakit dan trauma nasional! Dan saya tidak ingin melihatnya. Saya hanya akan melarikan diri ke suatu tempat. Jadi tetaplah bersama kami di Bumi.”

Max Stahl pun menjawab dengan singkat, “I wish I could decide that but I am working on it! A luta continua em todas as frentes!” artinya “Saya berharap saya bisa memutuskan itu tetapi saya sedang mengusahakannya! A luta continua em todas as frentes!!”

Max Christopher Wenner yang lebih dikenal dengan nama Max Stahl, lahir pada 06 Desember 1954.  Ia adalah wartawan British dan mantan presenter televisi. Max Stahl dibesarkan di Chili. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari ayah Michael Alfred Wenner, mantan duta besar Inggris untuk El Salvador, dan istri pertamanya, Gunilla Ståhl dari Swedia.

Pada tahun 1973, Max Stahl berada di Stonyhurst College. Pada tahun 1977 ia lulus dari Universitas Oxford . Dia pertama kali bekerja sebagai aktor dan sutradara.

Sejak 14 September 1978, Max Stahl menjadi moderator program televisi anak-anak Inggris Blue Peter, tetapi meninggalkannya lagi pada 23 Juni 1980. Perusahaan produksi telah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Max Stahl karena dia “sangat tidak populer” di mata penonton.

Pada tahun 1983 dan 1998 Max Stahl muncul di program peringatan Blue Peter. Max Stahl mendapat peran dalam serial fiksi ilmiah Inggris Doctor Who pada tahun 1984, tetapi kemudian dipotong menjadi peran tanpa teks. Max Stahl kemudian fokus pada jurnalisme.

Pada tahun 1985, Max Stahl bekerja sebagai koresponden perang di Beirut. Di sana dia menghilang selama 18 hari, tetapi kemudian muncul kembali dengan selamat.

Pada 12 November tahun 1991, Max Stahl memotret prosesi peringatan 7 hari kematian Sebastiao dari Greja Motael menuju Taman Pemakaman Umum (TPU) Santa Cruz. Namun, prosesi ini berubah menjadi demonstrasi damai menentang pendudukan Indonesia di Timor Timur. Tentara Indonesia akhirnya menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa di pemakaman Santa Cruz yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Insiden Dili’.

Sedikitnya, 271 orang tewas dan 270 lainnya menghilang. Wenner memfilmkan insiden itu. Salah satu fotonya, yang memperlihatkan Leví Bucar Côrte-Real yang terluka dalam pelukan pria lain, menjadi model untuk tugu peringatan pembantaian Santa Cruz di Dili .

Laporan Max Stahl membuat publik dunia sadar akan perang yang terlupakan di Timor Timur. Publikasi tersebut menyebabkan kemarahan besar di seluruh dunia.

Max Stahl adalah salah satu jurnalis Barat pertama yang menangani konflik di Chechnya. Bersama dengan penulis, juru kamera dan pembuat film Peter Vronsky, ia melakukan perjalanan ke sana pada tahun 1992 untuk melaporkan republik separatis dan penyelundupan bahan senjata nuklir untuk program televisi khusus Kanada The Hunt for Red Mercury.

Pada tahun 1998, Wenner adalah seorang reporter ITN untuk Channel 4 dan dipukuli oleh warga sipil Serbia selama protes massal oleh 150.000 orang Albania Kosovo. Pada tahun 1999 Wenner mendukung MakedoniaStasiun TV dalam produksi film. Beberapa film pendek dibuat tentang konflik Balkan.

Pada tahun 1999, Wenner kembali bekerja di Timor-Leste ketika memilih untuk merdeka dari Indonesia dalam sebuah referendum dan gelombang kekerasan terakhir melanda negara ini.

Laporan Max Stahl tentang pembunuhan dan pengusiran adalah salah satu alasan PBB mengirim pasukan intervensi internasional INTERFET dan mengambil alih Timor Timur. Max Stahl masih dikenal sampai sekarang dengan nama Max Stahl di Timor-Leste.

Wenner tinggal di Timor-Leste sejak tahun 2003. Ia memiliki perusahaan produksinya sendiri, Centro Audiovisual Max Stahl Timor-Leste (CAMSTL). Ia terus bekerja sebagai jurnalis. Dengan materi film 3500 jam, CAMSTL juga berfungsi sebagai arsip sejarah Timor–Leste dan pusat pelatihan pembuat film Timor–Leste. Dokumen arsip kemerdekaan Timor–Leste dimasukkan oleh UNESCO pada tahun 2013 sebagai warisan dokumen dunia.

Max Stahl juga melakukan syuting di Amerika Latin, bekerja dengan pembuat film di negara berkembang dan menulis skenario untuk film layar lebar. Pada 1992, Max Stahl menerima penghargaan International UK Media Award untuk laporannya “Cold Blood – the Massacre of East Timor” dalam serial First Tuesday of Yorkshire Television.

Untuk liputannya di Hard News ia menerima Penghargaan Rory Peck pada tahun 2000, dan pada tahun 2006 Orde Kebebasan Portugal dan berbagai orde Timor-Leste. Pada 22 November 2019 Max Sthal menerima penghargaan tertinggi the Collar of the Ordem de Timor-Leste (Kerah Ordem de Timor-Leste) dari Presiden Republik Timor–Leste,  Francisco Guterres Lu Olo. Pada tanggal 9 Desember 2019, Parlemen Nasional Timor-Leste juga memberikan kewarganegaraan pada Max Stahl.

Berita terkait: Sejarah Timor-Leste tidak akan pernah bisa ditulis tanpa kisah Max Stahl

Reporter : Cidalia Fátima

Editor     : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!