DILI, 28 oktober 2021 (TATOLI)—Pemerintah Timor Leste (TL) menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya, Cristopher Wenner alias Max Stahl. Pemerintah dan masyarakat TL merasa kehilangan pelaku sejarah bangsa yang cukup besar kontribusinya untuk kemerdekaan negeri ini.
“Pemerintah TL menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya pejuang Max Stahl,” kata Menteri Kabinet Dewan Menteri, Fidelis Manuel Leite Magalhaes pada konferensi pers di Kantor Pemerintahan Dili, kamis ini.
Dikatakan, Max Stahl adalah seorang jurnalis pejuang yang memberikan kontribusinya cukup besar untuk kemerdekaan TL. Karena itu, Fidelis Magalhaes mengajak seluruh masyarakat TL untuk memberikan penghormatan terakhir atas kontribusi dan perjuangannya untuk TL.
“Max Stahl adalah seorang wartawan dan penanggungjawab film dokumentasi peristiwa pembantaian di Santa Cruz pada 12 November 1991. Dengan meninggalnya Max Stahl merupakan agenda internasional yang sangat penting, agar rakyat TL memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum atas kontribusinya dan perjuangannya untuk negeri ini,” kata Fidelis.
Menteri Kabinet Dewan Menteri ini menjelaskan, Max Stahl menghembuskan nafas terakhir pada 28 Oktober 2021 di Brisbane-Australia, akibat menderita penyakit kanker. Ia menambahkan, kematian Max Stahl disaat pemerintah dan masyarakat TL bersiap-siap untuk memperingati 30 tahun kematian pejuang Sebastiao Gomes. Peristiwa Santa Cruz yang dikenal dengan nama “Insiden Dili” pada 12 november 1991 tidak terlepas dari kematian Sebastiao Gomes.
Max Stahl adalah wartawan profesional yang berani menghadapi situasi sulit. Melalui rekaman videonya, Max Stahl membawa TL ke dunia internasional. Lewat video yang direkamnya dapat membuka mata dunia internasional untuk melihat kembali masalah Timor yang waktu itu masih dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dikatakan, peristiwa Santa Cruz berawal dari Misa Requem di Gereja Motael untuk memperingati tujuh hari kematian Sebastiao Gomez. Seusai misa, dilakukan prosesi dari Greja Motael menuju Santa Cruz dengan tujuan untuk menabur bunga di kuburan Sebastiao. Namun, sebelum dilakukan penaburan bunga terjadi penembakan sporadis dari tentara Indonesia yang menyebabkan banyak orang mati dan terluka. Peristiwa inilah yang direkam Max Stahl dan menjadi bukti bagi dunia internasional untuk memberi perhatian serius pada masalah Timor.
Semasa hidupnya, kata Fidelis, wartawan profesional Max Stahl mewawancarai pemimpin dari perlawanan di dalam negeri, seperti komandan Vidal dan komandan Nino Konis Santana. Ia juga telah mendirikan pusat Audio Visual Max Stahl di TL (CAMSTL) dengan tujuan untuk menyimpan dan mengungkapkan koleksi audio visual yang didokumentasikan dari buku perlawanan selama periode perlawanan, selama semua kejadian, sebelum referendum dari tahun pertama kemerdekaan hingga sekarang.
Pada tahun 2013, koleksi tersebut telah diakui UNESCO untuk menyimpan pada daftar dunia, dan melaksanakan beberapa program dengan tujuan untuk melindungi warisan dokumentasi dunia, melalui konservasi dan akses pada dokumentasi.
Berita terkait: Max Stahl hembuskan nafas terakhir di Brisbane-Australia
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz