DILI, 16 juli 2021 (TATOLI)- Sekretaris Ketiga Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Kuba, selaku Perwakilan Kedubes, José Ernesto Díaz Pérez mengatakan bahwa Kedubes Kuba akan melanjutkan program aksara nasional dengan tema ‘Yo sí puedo’ atau Ya Aku Bisa yang sudah berakhir pada 2013.
“Kami siap untuk melanjutkan program tersebut karena sebelumnya telah membantu 90% penduduk Timor-Leste sejak didirikan pada 2008 dan berakhhir pada 2013,” ujar José pada TATOLI di Kedutaan Besar Repuiblik Kuba, kamis.
Ia menambahkan, dalam program ini, selain membantu para peserta untuk bisa membaca dan menulis tapi juga memberikan kemampuan bagi para peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut.
Menurutnya, sampai saat ini, sudah ada 20 versi program ‘Yo sí puedo’ dalam sembilan bahasa. Dari versi yang dihasilkan, 11 dalam bahasa Spanyol, satu dalam bahasa Inggris, dua dalam bahasa Portugis, satu dalam bahasa Quechua, satu dalam bahasa Aymara, satu dalam Guaraní, satu dalam bahasa Kreol, satu dalam bahasa Tetum, dan satu dalam bahasa Swahili.
Disebutkan, hingga 31 juli 2019, penerapan program literasi Yo, si quiero sudah membantu lebih dari 10 juta orang buta huruf di sejumlah negara yaitu, Angola, Argentina, Australia, Bolivia, Brasil, Kanada, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, El Salvador, Spanyol (Seville), Granada, Guatemala, Guinea Khatulistiwa, Guinea Bissau, Haiti, Honduras, Meksiko, Mozambik, Namibia, Nikaragua, Nigeria, Panama, Paraguay, Peru, Tanzania, Timor Leste, Uruguay dan Venezuela, dengan mendirikan 275 kelas dan 803.000 peserta.
Ia menambahakan, UNESCO bersama organisasi internasional lainnya mengakui karya altruistik Kuba untuk penerapan dan efektivitas program keaksaraan ‘Yo sí puedo’.
Sebelumnya, Presiden Republik Timor-Leste (TL), Francisco Guterres ‘Lu Olo’ dalam acara pelantikan para diplomat beberapa waktu lalu, meminta Duta Besar Eusébio Corsino untuk melanjutkan kerjasama dengan pemerintah Republik Kuba agar bisa menerapkan program menghapus buta huruf di TL.
“Saya minta Duta Besar Eusebio Corsino melanjutkan kerjasama dengan pemerintah Kuba agar masalah buta huruf di TL bisa diatasi dengan baik. Menurut hasil sensus 2015, sekitar 253.000 warga usia di atas 15 tahun teridentifikasi buta huruf atau memiliki tingkat literasi rendah,” kata Presiden Lu Olo.
Dikatakan, apabila masalah ini dibiarkan akan berdampak pada penduduk usia kerja dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah dan berdampak negatif bagi pendidikan dalam keluarga, kegiatan ekonomi dan pembangunan sosial.
Ia menambahkan, TL membutuhkan orang dewasa yang terdidik dengan baik untuk kontribusi yang lebih efektif bagi produktivitas ekonomi dan kemajuan sosial yang lebih besar dan partisipasi yang lebih baik dalam kehidupan demokratis di tingkat masyarakat dan nasional.
“Saya minta kepada Pemerintah TL dan Kuba untuk bersama-sama menangani kemungkinan kampanye literasi nasional kedua sesegera mungkin,” tuturnya.
Kepala negara mengatakan di beberapa negara sudah dilakukan program ini dan berhasil memberantas masalah buta huruf, seperti Brasil, Angola, Nikaragua, Venezuela dan juga di Australia dengan komunitas aborigin.
“Saya ingin di TL juga dilakukan kampanye literasi kedua, di tingkat nasional, di bawah moto ‘Yo sí puedo’, langsung diikuti dengan “Ya, saya bisa mengikuti”, dalam 10 tahun ke depan. Dengan demikian, program pemberantasan buta huruf di negara berjalan dengan sukses. Karena itu, saya minta komitmen dan kemauan politik yang serius dari pemerintah TL,” kata Lu Olo.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz