DILI, 23 juni 2021 (TATOLI)— Direktur Rumah Perlindungan CASA VIDA, Zipora Cabeças mengatakan kehadiran CASA VIDA ingin memprioritaskan pendidikan untuk para korban walaupun mereka menghadapi kasus yang berat.
Zipora menjelaskan, pendidikan adalah hak utama semua orang untuk meningkatkan pengetahuan dan menjamin kelangsungan hidup di masa depan, dan CASA VIDA tidak menutup kemungkinan bagi para korban untuk bersekolah.
Berita terkait : Ibu negara merayakan hari anak internasional bersama yatim piatu
“Itu adalah hak mereka untuk meningkatkan diri, walau dengan situasi yang serius, tapi kita tetap memprioritaskan agar mereka melanjutkan sekolah dan jangan berhenti,” kata Zipora pada TATOLI di Bidau, rabu ini.
Menurutnya, CASA VIDA akan memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk pergi ke sekolah. Mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau universitas. Mereka juga dapat mengikuti pelatihan kejuruan dan mencari pekerjaan.
“Mereka datang dengan situasi yang berbeda, untuk itu kami menyediahkan berbagai program yang bisa memfasilitasi seperti menjahit, kursu computer, restoran, kesenian dan pelatihan lain untuk memulihkan trauma yang mereka hadapi,” ujarnya.
Koordinator Layanan Sosial CASA VIDA, Alzira Pereira menambahkan sebelum meminta para korban untuk bersekolah, CASA VIDA sendiri akan melakukan survey dan sosialisasi pada pihak sekolah agar menjamin keamanan dan kenyamanan mereka.
Alzira pun menyebutkan, CASA VIDA mendapatkan kendala dalam hal keuangan sehingga berdampak pada proses pembelajaran untuk para korban. “Masalah yang dihadapi lebih kepada keuangan, karena kami hanya menunggu dana dari Kementerian Sosial serta berharap kepada para donatur,” ujarnya.
Untuk saat ini terdapat 46 orang yang masih ditanggani oleh CASA VIDA dimana 10 diantaranya berusia 18 tahun ke atas.
Pihak CASA VIDA berharap pemerintah bisa lebih cepat menanggapi masalah yang di hadapi semua Rumah Perlindungan yang bekerja untuk anak-anak dan perempuan.
Berita terkait : ALMA telah menampung anak terlantar dan disabilitas
Reporter : Cidalia Fatima
Editor : Armandina Moniz