iklan

KESEHATAN, HEADLINE

Pemerintah dan mitra pembangunan luncurkan RAN Kesehatan Neonatal

Pemerintah dan mitra pembangunan luncurkan RAN Kesehatan Neonatal

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan mitra Pembangunan WHO, PBB, UNFPA meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Neonatal di Timor-Leste. Foto Tatoli

DILI, 08 April 2025 (TATOLI)—Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan mitra Pembangunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), UNFPA (Dana Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa), meluncurkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Neonatal di Timor-Leste.

Rencana Aksi Nasional tersebut menyediakan peningkatan pelayanan saat bersalin, perawatan segera untuk bayi baru lahir, intervensi untuk bayi baru lahir yang sehat, serta perawatan pra-konsepsi dan antenatal yang lebih baik. Rencana aksi Nasional ini juga menyediakan tindakan kebijakan dan peningkatan sumber daya teknis dan manusia, termasuk infrastruktur dan transportasi.

Perwakilan WHO di Timor – Leste, Arvind Mathur mengatakan bahwa, investasi dalam kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk masa depan yang lebih baik bagi anak-anak dan ibu.

“Kita akan bergandengan tangan untuk memastikan bahwa setiap perempuan memiliki kesempatan untuk melahirkan dengan aman dan bahwa setiap bayi baru lahir memiliki kesempatan untuk bertahan hidup, tumbuh dan mencapai potensi penuh mereka. Perlu diingat bahwa, kesehatan ibu dan anak-anak kita adalah cerminan langsung dari kesehatan masyarakat kita, tetapi keterikatan moral adalah keharusan. Ini adalah investasi penting untuk masa depan kita,” kata Arvind Mathur dalam peluncuran Rencana Aksi tersebut yang digelar di Yayasan Oriente Dili, senin (07/04) malam.

Arvind mencatat, jumlah kematian ibu tertinggi di kawasan Asia Tenggara, 204 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 21 per 1.000 kelahiran hidup.

“Kuncinya adalah menyediakan perawatan kesehatan profesional untuk semua perempuan dan anak-anak. Penyebab kematian utama adalah pendarahan, infeksi, dan kondisi kronis yang tidak diobati. Asfiksia saat melahirkan, sepsis, dan prematuritas berkontribusi terhadap lebih dari 60% kematian di dunia,” tuturnya.

Arvind Mathur mengutarakan bahwa dua tantangan tersebut adalah banyaknya perempuan di daerah pedesaan dan terpencil menghadapi hambatan dalam mengakses layanan kesehatan, jarak dan kurangnya transportasi untuk mencapai unit kesehatan, infrastruktur yang tidak memadai dan tenaga kesehatan yang kurang berkualifikasi serta banyak yang terpaksa melahirkan serta bayi baru lahir kehilangan perawatan pada hari-hari pertama.

Dia juga menegaskan bahwa WHO bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan melatih 100 profesional kesehatan untuk perawatan kesehatan ibu dan anak.

Reporter : Mirandolina Barros Soares

Editor     : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!