DILI, 27 Maret 2025 (TATOLI)— Kepolisian Nasional Timor-Leste (PNTL –tetun) hari ini merayakan 25 tahun eksistensinya dengan tema “Bersama Kita Perkuat Kepercayaan”.
Dalam upacara peringatan 25 tahun eksistensi PNTL yang digelar di Kantor Pemerintahan, Dili, kamis (27/03) ini, Perdana Menteri, Kay Rala Xanana Gusmão yang menjadi Inspektur Upacara.
Komandan Komisaris Jenderal Polisi Nasional Timor-Leste (PNTL), Henrique da Costa dalam sambutannya pada upacara peringatan 25 tahun PNTL, mengatakan tepat 25 tahun lalu, pada tanggal 27 Maret 2000, angkatan pertama yang terdiri dari 50 perwira polisi muda memulai pelatihan dan melahirkan Kepolisian Timor-Leste, yang kemudian berubah nama menjadi PNTL.
“Selama bertahun-tahun, Polisi telah beradaptasi dengan evolusi masyarakat dan mengonsolidasikan posisinya sebagai produsen keamanan, selalu menunjukkan kapasitas yang sangat besar untuk menyatukan dan memperkuat kepercayaan masyarakat,” ungkap Komisaris Hendrique da Costa, di kantor Pemerintah, kamis ini.
Ia mengatakan, PNTL berkomitmen untuk mengabdikan diri kepada kepentingan umum dengan komitmen, motivasi tinggi, loyalitas, energi, semangat misi, serta sebagai sumber pemecahan masalah dan pencari solusi.

Dikatakan, ada lima prioritas yang telah ditetapkan untuk mandatnya dan yang menjadi pedoman komitmen terhadap negara, setelah mencapai beberapa tujuan, yaitu: (1) Peningkatan Manajemen Kelembagaan, (2) Penguatan Legislasi, (3) Kerjasama Kelembagaan, (4) Peningkatan Kapasitas Responsif terhadap Warga Negara, (5) Penguatan Perdamaian, Keamanan Dalam Negeri dan Stabilitas.
Sejak tahun 2000, dan di bawah kepemimpinan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), PNTL melaksanakan tugas dengan kondisi yang sangat minim, gaji yang rendah, tanpa transportasi, sebagian besar kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki, tetapi, secara bertahap dan hingga PBB menyerahkan tanggung jawab penuh kepada PNTL, pada tahun 2012, berbagai Pemerintah melakukan upaya besar, bersama dengan para Komandan Jenderal sebelumnya, untuk memperbaiki kondisi di PNTL.
“Meskipun pemerintah telah melakukan banyak hal, kami masih meminta PNTL untuk melakukan hal-hal berikut yaitu, memisahkan intervensi politik langsung, melalui pembuatan undang-undang atau layanan operasional, untuk memperkuat profesionalisme polisi, meningkatkan infrastruktur dasar, dimulai dari Petugas Polisi Desa (OPS) yang bekerja di desa, berlanjut ke pos perbatasan, pos maritim, kantor polisi, komando kota, unit, dan Markas Besar PNTL sendiri. Sarana transportasi PNTL juga perlu ditingkatkan untuk mendukung dan mengembangkan kegiatan operasional,” katanya.
Selain itu perlu juga dilakukan peningkatan peralatan komputer dan komunikasi, peralatan penyidikan kriminal dan intelijen kepolisian, peralatan antiteroris, seragam, aspek hukum, serta peningkatan kesejahteraan anggota PNTL melalui gaji yang lebih baik, perawatan kesehatan, dan pensiun yang layak, serta perlu dilakukan rekrutmen untuk memperkuat dan memberi tenaga baru dalam lembaga.
“Kita semua tahu bahwa ancaman saat ini tidak hanya datang dari kejahatan konvensional atau kejahatan tradisional saja, namun dunia kini tengah menghadapi kejahatan modern atau cybercrime yang semakin sulit dideteksi karena menggunakan jaringan digital yang luas dan transnasional,” jelasnya.

Lebih jauh lagi, mata uang palsu, narkoba, terorisme dan perdagangan manusia, yang diklasifikasikan sebagai kejahatan terorganisasi, merupakan ancaman bagi Timor-Leste di masa sekarang dan di masa mendatang. Melalui peralatan yang lebih baik dan pelatihan memadai, PNTL dapat menghadapi dan merespons situasi apa pun dengan baik.
Peringatan tahun ini mengusung motto “Bersama Kita Perkuat Kepercayaan”, yang berarti bahwa PNTL perlu bekerja sama dengan semua lembaga, masyarakat, pemuda, wanita dan pria, veteran, tokoh agama, sekolah, tokoh masyarakat, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan respon yang lebih cepat kepada masyarakat, untuk meraih kepercayaan masyarakat.
“Kita harus tetap bersatu dalam institusi kita, menjaga disiplin dan kesetiaan, hanya mendengarkan hierarki komando, tidak membiarkan pelayanan kita dipengaruhi oleh isu politik atau oleh kelompok seni bela diri dan seni ritual, yang telah berulang kali kita sumpahi, dan dengan demikian mencegah kenetralan kita dipertanyakan oleh masyarakat yang kita layani. Komandan harus inovatif, harus belajar dan menunjukkan inisiatif untuk menciptakan kegiatan sesuai dengan lima prioritas Komando di setiap Komando/Unit/Badan,” tutupnya.
Hadir dalam perayaan tersebut, Perdana Menteri, Kay Rala Xanana Gusmão, Anggota Pemerintah, Anggota Parlamen Nasional, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) – KAPOLDA NTT, GNR (Garda Nasional Republik) Portugal, perwakilan kepolisian dari berbagai negara, para diplomat serta Perwakilan F-FDTL (Pasukan Pertahanan Timor-Leste).
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz