DILI, 13 januari 2025 (TATOLI)— Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah mengumumkan laporan yang menyatakan 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dengan suhu sekitar 1,55°C di atas suhu pra-industri.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), António Guterres mendesak setiap Negara harus menyampaikan rencana aksi iklim nasional baru tahun ini untuk membatasi kenaikkan suhu global jangka panjang hingga 1,5°C, dan mendukung yang paling rentan serta mengatasi dampak iklim yang dahsyat.
“Penilaian hari ini dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) membuktikan sekali lagi pemanasan global adalah fakta yang dingin dan keras,” kata ungkap António Guterres dalam siaran pers yang diakses Tatoli, di laman resmi PBB, senin ini.
Dikatakan, dunia baru saja mengalami dekade terpanas yang pernah tercatat dengan tahun 2024 berada di puncak daftar, dan kemungkinan akan menjadi tahun kalender pertama dengan suhu rata-rata global lebih dari 1,5°C di atas tingkat pra-industri.
Menurutnya, tahun-tahun tertentu yang melampaui batas 1,5°C tidak berarti tujuan jangka panjang telah tercapai. Artinya semua perlu berjuang lebih keras untuk kembali ke jalur yang benar. Dimana, suhu yang sangat tinggi pada tahun 2024 membutuhkan tindakan iklim yang inovatif pada tahun 2025.
“Masih ada waktu untuk menghindari bencana iklim terburuk. Namun, para pemimpin harus bertindak sekarang,” katanya.
Dalam laporan WMO pada pada 10 januari 2025, mengonfirmasikan bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, dan berdasarkan enam kumpulan data internasional. Sepuluh tahun terakhir semuanya berada di Sepuluh Teratas, dalam serangkaian rekor suhu yang luar biasa.
WMO memberikan penilaian suhu berdasarkan berbagai sumber data untuk mendukung pemantauan iklim internasional dan untuk memberikan informasi yang berwenang bagi proses negosiasi Perubahan Iklim PBB.
Kumpulan data tersebut berasal dari Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (ECMWF), Badan Meteorologi Jepang, NASA, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), Kantor Meteorologi Inggris bekerja sama dengan Unit Penelitian Iklim di Universitas East Anglia (HadCRUT), dan Berkeley Earth.
“Sejarah iklim sedang berlangsung di depan mata kita. Kita tidak hanya mengalami satu atau dua tahun yang memecahkan rekor, tetapi serangkaian sepuluh tahun penuh. Hal ini disertai dengan cuaca yang dahsyat dan ekstrem, naiknya permukaan air laut dan mencairnya es, semuanya didorong oleh tingkat gas rumah kaca yang memecahkan rekor akibat aktivitas manusia,” kata Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo.
Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam Advances in Atmospheric Sciences menemukan bahwa pemanasan laut pada tahun 2024 memainkan peran penting dalam rekor suhu tinggi. Lautan adalah yang terpanas yang pernah tercatat oleh manusia, tidak hanya di permukaan tetapi juga di kedalaman 2000 meter, menurut penelitian yang dipimpin oleh Prof. Lijing Cheng dari Institut Fisika Atmosfer di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok. Penelitian ini melibatkan tim yang terdiri dari 54 ilmuwan dari tujuh negara dan 31 lembaga.
Sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global tersimpan di lautan, menjadikan kandungan panas lautan sebagai indikator penting perubahan iklim. Dari tahun 2023 hingga 2024, peningkatan kandungan panas lautan global di kedalaman 2000 m adalah 16 zettajoule (1021 Joule), sekitar 140 kali lipat dari total pembangkitan listrik dunia pada tahun 2023, menurut penelitian yang didasarkan pada kumpulan data Institut Fisika Atmosfer.
WMO akan memberikan perincian lengkap tentang indikator utama perubahan iklim, termasuk gas rumah kaca, suhu permukaan, panas laut, kenaikan permukaan laut, penyusutan gletser, dan luasnya es laut, dalam laporan Keadaan Iklim Global 2024 yang akan diterbitkan pada Maret 2025. Laporan ini juga akan memberikan perincian tentang peristiwa berdampak tinggi.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz