DILI, 30 januari 2023 (TATOLI)– Perwakilan Organisasi Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di Timor-Leste, Bilal Aurang Zeb Durrani menghimbau agar para orang tua tidak melibatkan anak-anak demi keuntungan bisnis dalam aktivitas kerja, meskipun hal itu dikarenakan masalah ekonomi keluarga.
“Saya mengamati bahwa masalah pekerja anak di Timor-Leste dipengaruhi oleh situasi ekonomi keluarga yang kurang,” kata Bilal Durrani pada Tatoli di Suai Room Timor Plaza, senin ini.
Dikatakan, UNICEF melakukan penelitian untuk mengidentifikasi penyebab utama pekerja anak karena situasi ekonomi keluarga dan masalah kemiskinan di Timor-Leste. Penelitian juga mengidentifikasi bahwa orang tua melibatkan anak dalam aktivitas kerja.
Dengan demikian, UNICEF bekerjasama dengan Institut Pembelaan Hak Anak-INDICA dan entitas terkait lainnya untuk memberikan rencana strategis untuk memerangi masalah pekerja anak di Timor-Leste.
“Kami telah merancang rencana strategi untuk memastikan anak-anak tidak terlibat dalam masalah perburuhan di Timor-Leste. Kami bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata Perdagangan dan Industri Pariwisata (MTKI -tetun) dan pembangunan lainnya untuk menyediakan rencana aksi nasional untuk memastikan anak-anak tidak terlibat dalam pekerja anak di Timor-Leste,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa bentuk pekerja anak berpotensi merugikan dan berisiko langsung terhadap anak. Rencana Aksi Nasional akan memastikan bahwa anak-anak tidak dapat mengakses bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak ini. Anak-anak harus mengakses pendidikan karena merupakan salah satu poin penting untuk melindungi hak-hak anak.
UNICEF memberikan advokasi untuk perubahan perilaku dan juga pendidikan parenting. Program ini membuat orang tua diberikan penghargaan untuk menghindari kegiatan yang tidak baik bagi anak.
“Kami melakukan kegiatan untuk menghindari kegiatan sosial yang tidak bermanfaat bagi anak-anak. UNICEF melakukan kegiatan program Pendidikan, Kesehatan, Gizi, dan lain-lain untuk memenuhi program perlindungan anak. Penting bagi orang tua yang diberikan untuk mengizinkan anak-anak mengakses program-program tersebut, yang akan mengurangi jumlah pekerja anak di Timor-Leste,” pungkasnya.
Berdasarkan data ILO (International Labour Organization) yang disajikan dalam survei pekerja anak telah memberikan pemahaman yang lebih kaya bagi semua pemangku kepentingan terkait di negara ini mengenai realitas pekerja anak, karakteristik pekerjaan yang mereka lakukan, industri dan pekerjaan yang mereka geluti, dan tingkat pendidikan.
Ini mencakup 1.755 rumah tangga di 13 kotamadya, beberapa temuan utama meliputi, sekitar 67.688 anak (usia 5-17 tahun) atau setara dengan 16,1% aktif secara ekonomi baik di pedesaan maupun di perkotaan. Alasan utama anak aktif secara ekonomi adalah untuk menambah penghasilan keluarga.
Dari 16,1% anak yang aktif secara ekonomi, 12,5% menjadi pekerja anak dan sebagian besar (55,5%) terlibat dalam pekerjaan berbahaya. Dari total populasi anak, 83,8 % bersekolah, namun, anak-anak pekerja anak kecil kemungkinannya untuk bersekolah.
Sekitar 43.000 anak (usia 5-17 tahun) dilaporkan tidak pernah bersekolah. Diantara anak-anak ini, 6.455 terlibat dalam kegiatan ekonomi, 4.901 menjadi pekerja anak, dan 2.888 terlibat dalam pekerjaan berbahaya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz