iklan

POLITIK, INTERNASIONAL, DILI, SOSIAL INKLUSIF

PN setujui ‘voto de pesar’ atas wafatnya Uskup Agung Desmond Tutu

PN setujui ‘voto de pesar’ atas wafatnya Uskup Agung Desmond Tutu

Almarhum Uskup Agung, Desmond Tutu. Foto google

DILI, 10 januari 2021 (TATOLI) – Parlemen Nasional (PN), senin ini  menyetujui  ‘Voto de pesar’ (suara belasungkawa) yang tulus kepada keluarga dan semua masyarakat Afrika Selatan atas wafatnya, Uskup Agung, Desmond Tutu.

PN menyetujui pemungutan  suara belasungkawa dengan  56 suara mendukung dan tidak ada suara yang  menentang dan abstain.  ‘Voto de pesar’ atas  wafatnya Uskup Agung, Desmond Tutu, disetujui  anggota PN,” kata  Ketua  Parlemen Nasional, Aniceto Guterres didalam ruang sidang pleno, PN, Dili, senin ini.

Berita terkait : Pemerintah TL sampaikan duka cita atas wafatnya Uskup Agung Desmond Tutu

Sementara itu, anggota PN,  José Agostinho Sequeira ‘Somotxo’ mengatakan   ‘Voto de pesar’ harus diberikan karena, dilihat dari kontribusi almarhum Uskup Agung terhadap kemerdekaan negaranya.

“Perang Afrika Selatan mirip dengan perjuangan Timor-Leste. Karena itu, kami menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Uskup Agung Desmond Tutu”, tegasnya.

Somotxo mengatakan bahwa Uskup Agung Tutu adalah pembela Hak Afrika Selatan dan merupakan sosok yang diakui secara internasional.

Suara Belasungkawa diusulkan empat anggota PN, masing-masing José Agostinho Sequeira ‘Somotxo’, Cornélio Gama L7, António de Sá Benevides dan  Francisco Xavier Carlos.

Uskup Agung Anglikan Desmond Tutu meninggal dunia pada 26 Desember 2021, pada usia 90 tahun, di Cape Town, Afrika Selatan.

Sebelumnya juga, Pemerintah Timor-Leste, atas nama seluruh bangsa, menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Uskup Agung Afrika Selatan Desmond Tutu, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dan simbol perjuangan melawan apartheid.

Desmond Tutu dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1984 untuk aktivisme melawan rezim segregasi rasial di Afrika Selatan. Pada 1990-an, ia memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi negara itu, yang merupakan sebuah proses komprehensif yang menyelidiki kejahatan selama era apartheid.

Proses tersebut menandai langkah penyembuhan penting selama transisi Afrika Selatan dari apartheid ke demokrasi. Sepanjang hidupnya, almarhum adalah seorang advokat sengit untuk keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia.

Uskup agung   lahir pada tahun 1931 di Klerksdorp, Afrika Selatan. Ia belajar teologi dan  menjadi uskup agung Anglikan kulit hitam pertama di Cape Town dan Johannesburg.

Reporter : Afonso do Rosário

Editor : Maria Auxiliadora (penerjemah : Armandina Moniz)

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!