DILI, 22 oktober 2021 (TATOLI)– Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Dili, Achmad Tavip Syah mengatakan anak-anak Timor-Leste (TL) tidak ada kendala dan fasih berbahasa Indonesia karena memperoleh pengaruh besar dari media televisi Indonesia yang selama ini diakses.
“Pengaruh media juga luar biasa, anak-anak TL umumnya bisa berbahasa Indonesia karena sering menonton media televisi dan mereka hafal setiap tayangan yang mereka suka. Jadi, mereka sudah mempunyai pengetahuan dasar,” jelas Achmad pada Tatoli, di Kantor Pusat Budaya Indonesia (PBI) Mascarenhas, Dili, kamis.
Dia menjelaskan, selama ini murid-murid yang belajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) hanya diajarkan bagaimana bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam cara bertutur kata dan lebih edukatif agar bisa dinilai sebagai orang yang berpendidikan.
“Bahasa televisi merupakan bahasa sehari-hari. Mereka sudah punya dasar berbahasa, tinggal mereka bisa bertutur kata lebih baik, jangan sampai menegur orang dengan kata lo gue, itu bukan bahasa yang sopan,” jelasnya.
Diinformasikan, saat ini ada 17 guru BIPA dari KBRI tersebar di seluruh kotamadya termasuk RAEOA. Di setiap sekolah yang ada guru BIPA, memiliki sampai 300 orang.
PBI Dili sendiri saat ini ada tiga kelas BIPA dengan maximum 40 peserta setiap kelas. Proses belajar-mengajar mulai dari senin sampai jumat. Untuk kelas budaya ditujukan juga untuk mahasiswa. Namun, hanya dibuka pada sabtu dan minggu agar tidak menggangu proses perkuliahan mereka.
“Selama ini PBI terus mengikuti aturan pemerintah setempat seperti sekarang ini sudah dibuka kembali kelas belajar bahasa Indonesia maupun budaya. Kalau budaya di weekend karena mahasiswa seminggu penuh kuliah. Budaya ini terdiri dari kelas tari dan lukis,” ucapnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz