DILI, 17 oktober 2021 (TATOLI)—Keluarga korban peristiwa pembantaian Santa Cruz pada 12 November 1991, yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Insiden Dili’ meresmikan monumen Eulalia de Jesus Araujo.
Acara peresmian monumen Eulalia de Jesus Araujo dilakukan di Desa Sabago Lau, Kotamadya Ainaro pada 16 Oktober 2021. Keluarga korban membangun monumen itu untuk mengenang pejuang Eulalia de Jesus Araujo yang menjadi korban pembantaian Santa Cruz.
Peresmian monumen tersebut ditandai dengan penandatanganan papan nama monumen yang dilakukan Ketua Komite 12 November, Gregorio Saldanha. Monumen Eulalia de Jesus Araujo sebagai saksi sejarah dan bukti para pejuang memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste sampai titik darah penghabisan.
“Mulai hari ini dan seterusnya, sudah ada monumen di Ainaro. Monumen ini sebagai bukti sejarah perjuangan pejuang Eulalia de Jesus Araujo untuk kemerdekaan Timor-Leste (TL). Monumen ini merupakan kebanggaan tersendiri untuk penduduk Ainaro termasuk untuk kami semua, komite 12 november. Ada juga momumen lain yang dibangun untuk mengenang para pejuang yang rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan,” kata Gregorio kepada wartawan usai peresmian monumen di Desa Sabago Lau, Kotamadya Ainaro, sabtu.
Dikatakan, monumen tersebut mewakili korban pejuang dari tempat kejadian, sebelum 12 nopember dan sesudahnya, karena peperangan tersebut dengan waktu yang lama sehingga banyak kejadian yang perlu untuk diingat.
Ia berharap monumen tersebut dapat menginspirasi semua orang khususnya para pemuda. Pendirian monumen untuk mengedukasi karena memiliki nilai-nilai perjuangan, seperti budaya, politik dan agama yang menghasilkan kemenangan dalam perang sampai kemerdekaan.
Dikatakan, dalam membangun monumen Eulalia, komite 12 november memberikan dukungan moral. “Kami bangga atas inisiatif keluarga pejuang dengan usaha sendiri mendirikn monumen besar dan indah untuk dikenang dan dingat.
“Dari kejadian Santa Cruz, banyak keluarga korban mendirikan monumen sendiri termasuk pemakaman. Saya tidak mengetahui dengan pasti berapa banyak keluarga korban mendirikan monumen karena sebagian korban tidak ditemukan tulang-belulangnya,” ucapnya.
Rencananya, kata Gregorio, pemerintah juga akan mendirikan monumen di Santa Cruz untuk korban pejuang 12 november 1991, sehingga dapat menginspirasi semua orang khususnya bagi para pemuda.
Sementara itu, perwakilan keluarga korban, Hendrique de Corteral Araujo mengatakan monumen yang dibangun keluarga pejuang Eulalia de Jesus Araujo merupakan kontribusi saudara-saudari dan keluarga lainnya termasuk penduduk setempat.
“Monumen ini kami bangun atas inisiatif keluarga dan masyarakat setempat. Kami tidak minta dukungan dari pemerintah karena banyak masyarakat tidak mampu yang saat ini memerlukan dukungan pemerintah,” kata Henrique.
Ia menjelaskan, konstruksi monumen untuk tahap permulaan dikerjakan tukang dari desa Mau’Olo dengan biaya sebesar $25.000. Sedangkan untuk tahap finishing dikerjakan tukang dari Desa Nonunu, Ainaro.
Konstruksi monumen korban pejuang Eulalia dilaksanakan sekitar enam bulan dengan anggaran hampir $11.000. Luas monumen sekitar 10 x 12 meter dan tingginya sekitar enam meter.
Acara peresmian monumen diwarnai dengan misa di Gereja Ainaro dan dipimpin Pastor Armindo.
Reporter : Mirandolina Barros Saores
Editor : Armandina Moniz