DILI, 30 september 2021 (TATOLI)—Pemerintah melalui Perdana Menteri, Taur Matan Ruak, Kementerian Kesehatan beserta para mitra, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nation (UN) menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) untuk mengakhiri penyakit Tuberkulosis (TBC) di Timor-Leste.
“Kami berkumpul di sini untuk memperbarui tujuan terbesar yang menjadi tanggung jawab Negara dalam Rencana Pembangunan Strategis Nasional (PEDN) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (ODS) dengan menandatangani MoU dengan para mitra pembangunan serta berkomitmen untuk mengakhiri Tuberkulosis di TL,” kata PM Taur dalam sambutannya di Gedung City 8 Dili, kamis ini.
PM Taur mengatakan, dengan perjanjian tersebut maka lima tahun ke depan, akan terjadi perubahan nyata dan signifikan untuk memerangi penyakit tersebut. Harapan ini tentunya akan memperkuat mobilisasi sarana dan sumber daya baru.
“Program ini akan dipimpin Kementerian Kesehatan di tingkat nasional dengan memberikan semangat baru, serta menjalin kemitraan dan menerapkan semangat pada kesehatan keluarga dan masyarakat,” tutur Perdana Menteri, Taur.
Sementara itu, Perwakilan WHO di TL, Arvind Mathur mengatakan, TL merupakan negara dengan peringkat kedua TBC tertinggi di kawasan Asia Tengara. Buktinya, setiap harinya ada 18 kasus TBC baru sehingga perlu untuk mengakhirinya.
“Faktor utama dari penyakit TBC yaitu adanya kekurangan gizi, perokok terus bertambah dan kemiskinan. Sehingga, dapat menyebabkan banyak yang menderita TBC, dan dalam pandemi Covid-19 mengancam dan mengganggu kemajuan yang direncanakan untuk melawan TBC,” kata Arvind.
Ia menambahkan, pihaknya berkomitmen memberikan bantuan teknis yang paling ilmiah dan dapat ditindaklanjuti dan bermitra dengan semua kepentingan dalam mendukung Kementerian Kesehatan dan rakyat TL dalam mewujudkan visi negara ini untuk mengakhiri TB di TL.
Hal serupa diutarakan Menteri Kesehatan, Odete Maria Freitas Belo. Ia mengatakan, sejak munculnya pandemi Covid-19, banyak tantangan dihadapi dalam melaksanakan program Nasional TB dengan mitra pelaksana.
“Kami masih belum dapat mendeteksi 40% dari total kasus yang menular sehari-hari di masyarakat, 83% dari Biaya Katastropik (pasien TB menggunakan pendapatannya untuk berobat), berdasarkan studi bencana pada 2016, sangat banyak penderita TB yang rentan karena kontak dekat dengan pasien TB lainya,” jelasnya.
Ditambahkannya, malnutrisi, merokok dan konsumsi alkohol, juga menjadi faktor utama dideritanya penyakit tersebut yang dideteksi dari Pos Kesehatan, Puskesmas ke Pusat Diagnostik (Rujukan Kota dan Rumah Sakit).
Dikatakan, setiap tahunnya, angka pasien yang terinfeksi TBC mencapai 6.000 dan kematian 1.000 dari total angka yang terinfeksi mencapai 1.3 juta.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz