iklan

INTERNASIONAL, KESEHATAN

WHO : 47,1% balita di Timor-Leste alami gizi buruk

WHO : 47,1% balita di Timor-Leste alami gizi buruk

Foto google

DILI, 29 juni 2021 (TATOLI)- Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia  WHO di Timor-Leste (TL), Arvind Mathur mengatakan 47,1% balita di TL mengalami masalah gizi buruk diakibatkan oleh makanan yang tidak aman.

Secara global, setiap tahun jutaan orang jatuh sakit dan ribuan meninggal karena penyakit bawaan makanan. Setiap tahun, hampir satu dari 10 orang di seluruh dunia jatuh sakit setelah makan makanan yang terkontaminasi, dan menyebabkan lebih dari 420.000 kematian.

Berita terkait : Kemenkes dan WHO rayakan Hari Keamanan Pangan Sedunia  

“Angka global tersebut merupakan tantangan bagi Timor-Leste, sebagai salah satu negara di Asia Pasifik dengan angka gizi buruk yang tinggi pada sekitar 47,1% balita,” kata Perwakilan WHO di TL, Arvind melalui pidatonya di acara virtual Hari Keamanan Pangan Sedunia.

Dia melanjutkan anak-anak terpengaruh secara tidak proporsional, dengan 125.000 kematian setiap tahun pada anak dibawah umur 5 tahun. Sebagian besar kasus ini disebabkan oleh penyakit diare.

Konsekuensi serius lainnya dari penyakit bawaan makanan termasuk gagal ginjal dan hati, gangguan otak dan saraf, artritis reaktif, kanker, dan kematian.

Keamanan pangan, gizi dan keamanan makanan saling terkaitan erat. Makanan yang tidak aman menciptakan lingkaran setan penyakit dan malnutrisi, terutama yang mempengaruhi bayi, anak kecil, orang tua, hingga orang yang sakit.

Meningkatnya perdagangan internasional dan rantai makanan yang lebih lama dan kompleks meningkatkan risiko kontaminasi makanan dan pengangkutan produk makanan yang terinfeksi melintasi batas nasional dan internasional.

“Hal ini berlaku untuk Timor-Leste sebagai negara di mana 76,11% bergantung pada impor barang,” jelasnya.

Timor-Leste telah melakukan upaya besar dalam mengamankan produk makanan mereka agar aman dari penipuan, malpraktik dan mengikuti standar internasional. WHO telah melatih inspektur makanan, promosi lima kunci keamanan pangan, dan menjadi anggota Codex Alimentarius dan anggota Organisasi Internasional Kesehatan Hewan.

“Ya, ini tidak cukup, dan pasti ada ruang untuk perbaikan. Dengan melihat angka global penyakit bawaan makanan, ada panggilan bagi kita untuk melihat lebih dalam bagaimana Timor-Leste dapat berkontribusi mengurangi beban dengan mengakui keamanan pangan bukan pekerjaan satu orang,” ucap Arvind.

Dia mengajak semua orang untuk bersama mendorong inovasi untuk mengembangkan intervensi dan solusi yang lebih baik untuk mengurangi dan memastikan bahwa makanan tetap aman di setiap tahap rantai makanan dari produksi panen, proses hingga penyimpanan dan distribusi.

Reporter             : Cidalia Fátima

Editor                  : Armandina Moniz

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!