DILI, 14 agustus 2024 (TATOLI)— Yayasan Alola melalui organisasi HALIKU (Hau Hili Atu Kura/ Saya memilih untuk sembuh) sejak tahun 2014 hingga 2023 telah mendaftar 218 orang penderita positif kanker payudara.
“Kita mendirikan organisasi HALIKU sejak tahun 2014 sampai 2023 terdapat 218 pasien penderita positif kanker payudara. Dari total itu ada 18 orang telah meninggal dunia. Namun, dijumlahkan dengan pasien yang terdaftar tahun 2024 ini, maka pasien yang meninggal dunia ada 19 orang. Sementara, jumlah pasien dengan status positif kanker payudara stadium lanjut dari kotamadya Dili, Baucau, Covalima, Ainaro dan Viqueuque,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan Alola, Maria Imaculada Guterres, kepada wartawan di kantornya, Mascarinhas Dili, selasa ini.
Dijelaskan, penderita kanker dengan status stadium lanjut, dokter menyarankan untuk melakukan perawatan paliatif yang sebagian dari mereka meninggal dunia. Jadi, dari studi kasus yang dilakukan Yayasan Alola untuk masyarakat berusia 30-35 tahun ke atas lebih besar kemungkinannya terkena kanker payudara.
“Jadi, kami mengajari mereka bagaimana caranya setiap bulan memeriksa kesehatan payudara, untuk mengetahui tanda-tanda kelainan pada tubuh khususnya bagian bawah puting dan bagian payudara, jika ada tanda tanda segera ke fasilitas kesehatan untuk melakukan deteksi dini, ” paparnya.
Dikatakan, saat ini Yayasan Alola bekerja sama dengan Dili Medical Center (DMC) agar bisa menggunakan mesin mamografi untuk memeriksa ibu-ibu yang memiliki gejala kanker payudara, untuk dapat melakukan deteksi dini khususnya bagi ibu berusia diatas 40 tahun agar dapat melakukan pemeriksaan secara rutin.
“Yang terkena kanker payudara dan kanker ovarium juga penting untuk melakukan pemeriksaan diri agar terhindar dari kanker ini di fasilitas kesehatan. Jika, pasien tersebut datang ke sini dengan status stadium lanjut maka sulit untuk disembuhkan. Namun, kalau kita melakukan deteksi dini dengan secepatnya berobat ke fasilitas kesehatan maka dapat disembuhkan berdasarkan hasil yang ada. Karena itu, mohon kepada ibu-ibu segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat,” tegasnya.
Menurutnya, faktor utama penyebab kanker payudara adalah gaya hidup, merokok, alkohol, tidak berolahraga, mengonsumsi makanan tidak sehat, terutama makanan yang mengandung bahan kimia.
“Ada faktor utama yang berkontribusi pada penyebab kanker payudara seperti gaya hidup, merokok, minuman alkohol, tidak berolahraga, mengonsumsi makanan yang tidak sehat terutama makanan yang mengandung bahan kimia. Kanker payudara juga terkadang bersifat genetik dan perempuan berusia 40 tahun keatas bisa menjadi resiko, kemudian wanita yang tidak hamil dan juga wanita yang datang bulan lebih awal hal ini juga menjadi faktor resiko dari kanker payudara itu sendiri. Jadi, biasanya kita ajarkan kepada masyarakat, bagaimana cara mencegah penyakit ini,” jelasnya.
Iapun mengungkapkan, untuk tahun 2024 sejak januari hingga juni 2024, terdapat 18 pasien dengan gejala-gejala kanker payudara,. Dimana, tiga diantaranya positif kanker payudara.
“Tahun ini kami menemukan 18 pasien dengan gejala kanker payudara, dan satu kasus diduga kanker serviks. Sehingga, para pasien ini dirujuk ke Rumah Sakit Nasional Guido Valadares, setelah para dokter mendeteksi tiga orang positif kanker payudara dan satu diantaranya meninggal dunia,” kata Maria Imaculada Guterres.
Dikutip dari laman resmi alolafoundation.org mengungkapkan, HALIKU (Hau Hili Atu Kura) yang berarti “Saya memilih untuk sembuh” adalah organisasi yang didirikan atas inspirasi dari tiga orang penyintas kanker, termasuk Ibu Kirsty Sword Gusmao, pendiri Alola Foundation.
Pada tahun 2014, program Kanker Perempuan ini secara resmi diluncurkan pada Konferensi Kanker Perempuan Pertama di Timor-Leste yang melibatkan sekitar 800 orang termasuk kementerian, lembaga nasional dan internasional, mahasiswa termasuk media.
Sebagai satu-satunya program kesadaran publik atau deteksi dini di Timor-Leste, program HALIKU memainkan peran penting dalam membantu meningkatkan angka kematian akibat kanker payudara di Timor-Leste.
“Perempuan di Timor-Leste memiliki risiko kematian delapan kali lebih besar daripada perempuan di Australia setelah didiagnosis menderita kanker. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pilihan perawatan dan akses ke fasilitas kesehatan di Timor-Leste, tetapi juga kurangnya edukasi tentang pentingnya deteksi dini dan intervensi medis yang cepat. Saya bangga dengan pekerjaan yang dilakukan HALIKU untuk program kesadaran kanker bagi perempuan melalui Yayasan Alola,” pesan Pendiri HALIKU, Kirsty Sword Gusmão dalam laman resmi alolafoundation.org yang dikutip Tatoli.
Dalam laman resmi alolafoundation.org juga menyebutkan bahwa, dalam melaksanakan berbagai kegiatan ini, HALIKU bekerja sama dengan Komisi Kanker Payudara Nasional Timor-Leste (TLNBCC) serta beberapa lembaga nasional lainnya, lembaga tingkat kota, anggota masyarakat sipil, kelompok agama, termasuk mahasiswa.
HALIKU juga mengedukasi masyarakat tentang bahaya kanker pada perempuan, faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyebaran kanker dan mengedukasi sesama perempuan tentang cara melakukan deteksi dini, termasuk mendorong mereka untuk segera pergi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala. Tidak hanya itu, tim HALIKU juga memberikan nasihat, dukungan materi, dukungan spiritual dan moral kepada para perempuan yang menderita kanker. Sebagai bagian dari Program Yayasan Alola, kontribusi HALIKU akan mengurangi angka kematian di Timor Leste, terutama angka kematian akibat kanker pada perempuan.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz