DILI, 29 september 2022 (TATOLI)—Pemerintah dan mitra swasta, kamis ini meluncurukan laporan tentang Digital Youth di Timor-Leste (TL). Laporan itu diluncurkan untuk mendukung TL dalam mengembangkan undang-undang tentang literasi digital.
Peluncuran laporan tersebut dilakukan Sekretaris Negara urusan Komunikasi Sosial (SEKOMS -tetum), Mericio Juvinal Akara, didampingi Duta Besar Selandia Baru, Philip Hewitt, Ketua Dewan Pers, Virgílio da Silva Guterres serta bersama mitra internasional di Suai Room Timor Plaza, Dili, kamis ini.
SEKOMS Akara mengapresasi inisiatif dari para mitra untuk menghasilkan sebuah laporan yang akan mendukung Pemerintah dalam merencanakan prioritasnya.
“Ini akan mendukung kita dalam pembuatan UU untuk keamanan data pribadi dan sangat penting di seluruh dunia. UU ini yang Pemerintah akan jadikan sebagai prioritas untuk dilihat bersama,” kata SEKOMS Akara.
Dikatakan, Pemerintah ingin kaum muda mempromosikan literasi digital, dan bisa memiliki kemampuan serta pengetahuan yang cukup untuk menggunakan berbagai paltform yang bisa diakses di TL.
Sementara, Manajer untuk Pengaruh dan Advokasi untuk OXFAM di TL, Adilson da Costa mengatakan laporan ini dikerjakan oleh program Community Security and Justice (PASK), The Asia Foundation dan Oxfam Timor-Leste, serta dilaksanakan oleh tim peneliti gabungan yang terdiri dari Love Frankie, The Asia Foundation, dan Oxfam di TL.
“Kajian ini bertujuan untuk memahami, perilaku remaja TL secara online, termasuk kepercayaan mereka pada informasi, perilaku berbagi, dan pengaruh mereka,” ungkapnya.
Selain itu, untuk melihat pemahaman remaja tentang hak digital, risiko digital, dan pengetahuan mereka tentang langkah-langkah yang harus diambil ketika menghadapi risiko ini dan semangat pemuda untuk isu-isu sosial dan pandangan tentang advokasi sosial.
Dikatakan, alasan dilakukan peneletian ini karena Timor-Leste memiliki salah satu layanan internet paling mahal dan paling lambat di dunia. Situasinya sangat berbeda dengan sebagian besar Asia Tenggara. Menurut We Are Social (2022), penetrasi internet di Timor-Leste mencapai 45% dari total populasi, sedangkan untuk Asia Tenggara 69%.
Selain itu karena penetrasi internet terus tumbuh, masih ada kebutuhan mendesak untuk lebih memahami perilaku media sosial anak muda Timor. Karena, masyarakat di bawah 35 tahun merupakan 74% dari populasi, dan usia rata-rata di Timor-Leste adalah 20 tahun.
Dilain pihak, Duta Besar Selandia Baru untuk TL, Philip Hewitt dalam sambutannya, mengatakan peluncuran ini adalah bentuk dukungan untuk PASK Asia Foundation dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru (MFAT).
“Saya sangat senang atas berhasilnya laporan ini. Kedepannya dapat mendukung kaum muda dalam digital dan literasi. Karena, mereka adalah masa depan negara,” katanya.
Tim peneliti terdiri dari berbagai perwakilan seperti Love Frankie (Mike Wilson dan Parinda (Ploy) Khongkhachan), The Asia Foundation (Heidi Arbuckle dan Januario Rangel-Soares) dan Oxfam (Annie Sloman dan Zevonia Vieira Fernandes).
Adapaun organisasi yang membantu perekrutan kerja lapangan termasuk Asosiasaun Defisiénsia Timor-Leste (ADTL), Raes Hadomi Timor Oan (RHTO) dan Fundasaun CODIVA, termasuk Program Oxfam Civic di Timor-Leste yang didukung oleh Oxfam Amerika Serikat.
Temuan dari studi ini akan berkontribusi pada intervensi dan program advokasi The Asia Foundation dan Oxfam di Timor-Leste untuk mendukung pemuda dan keterlibatan mereka dalam ruang sipil dan untuk memastikan keselamatan dan keamanan di dunia online.
Selain itu, penelitian ini dapat menjadi sumber daya bagi aktor dan praktisi lain yang tertarik dengan bagaimana kaum muda terlibat dalam ruang online di Timor-Leste.
Reporter: Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz