DILI, 27 september 2021 (TATOLI)– Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres mengatakan Energi yang bersih dan terbarukan (Renovável-Bahasa portugis) akan mencegah bencana iklim.
Melalui portal resmi PBB yang dipublikasikan pada 24 september ini dalam Dialog Tingkat Tinggi tentang Energi, Sekjen PBB mengatakan hampir 760 juta orang masih kekurangan akses listrik. Sekitar 2,6 miliar orang tidak memiliki akses ke air bersih untuk memasak. Bagaimana dunia memproduksi dan menggunakan energi adalah penyebab utama krisis iklim.
“Emisi dari energi menyumbang sekitar 75 persen dari total emisi gas rumah kaca. Jadi, kita memiliki keharusan ganda untuk mengakhiri kemiskinan energi dan membatasi perubahan iklim. Kami, memiliki jawaban yang akan memenuhi kedua keharusan, energi yang terjangkau, terbarukan, dan berkelanjutan untuk semua,” jelas Sekjen PBB dalam Dialog Tingkat Tinggi tentang Energi.
Menurutnya, tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor tujuh tentang berinvestasi dalam energi yang bersih dan terjangkau untuk meningkatkan kesejahteraan miliaran orang. Ini dapat menciptakan pekerjaan ramah lingkungan yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan Covid‑19 dan akan memajukan semua Tujuan Pembangunan Berkelanjutan serta menjadi satu-satunya solusi terpenting mencegah bencana iklim.
“Kita harus memecahkan tantangan selama dekade ini dan harus mulai hari ini. Tanpa dekarbonisasi yang dalam dan cepat dari sistem energi kita selama 10 tahun ke depan. Kita tidak akan pernah mencapai tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C. Ini akan berakibat fatal bagi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, bagi kita semua dan planet ini,” jelasnya.
Ia memprediksikan bahwa miliaran orang akan menjadi miskin dan lebih banyak kesehatan yang buruk. Sementara ekosistem yang semua andalkan runtuh. Ini adalah ketidak-adilan yang mendalam bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Tapi masa depan yang suram tidak bisa dihindari. Ilmu pengetahuan telah menunjukkan kepada dunia dengan tepat bagaimana menghindarinya. Untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C, harus mengurangi emisi sebesar 45 persen di bawah tingkat tahun 2010 pada 2030 dan mencapai emisi netzero pada 2050.
Dia mengatakan, semua negara punya peran. Negara-negara berkembang perlu melihat mobilisasi yang dijanjikan sebesar $100 miliar dolar per tahun untuk aksi iklim dan harus memastikan 50 persen pendanaan iklim diarahkan untuk adaptasi dan ketahanan terhadap gangguan iklim yang akan datang.
“Saya mengandalkan semua negara terutama penghasil emisi utama untuk bangkit hingga saat ini bersama dengan para pemain utama dari dunia bisnis dan keuangan,” katanya.
Reporter : Cidalia Fatima
Editor : Armandina Moniz