DILI, 25 september 2024 (TATOLI)— Kementerian Perdagangan dan Industri (MKI -tetun) Timor-Leste dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia (RI) hari ini kembali melakukan diskusi untuk implementasi nota kesepahaman kedua negara tentang pengembangan industri garam.
Dalam diskusi lanjutan yang dilakukan kedua institusi selama hampir tiga jam di City8, rabu ini juga menyebutkan dukungan Pemerintah Republik Indonesia dalam proses pengembangan industri garam di RAEOA (Daerah Administratif Spesial Oe-cusse Ambeno) yang menjadi sorotan Pemerintah Timor-Leste.
Direktur Nasional Pengembangan UMKM, Reinaldo Borges menjelaskan diskusi ini adalah bagian dari implemtasi MoU kedua negara dalam bidang industry. Dimana nantinya dari Kemenperin akan memberikan masukan dan dukungan sesuai kebutuhan dari Timor-Leste untuk mengembangkan industri dan UMKM (Usaha mikro, kecil, dan menengah).
“Kita meminta bantuan apa yang harus ditambahkan, dan kami diskusi kegiatan apa yang harus dilakukan di industri. UMKM kita dan apa yang harus diprioritaskan untuk tingkatkan ekonomi dalam negeri. Selain itu kita juga memiliki 24 hektar potensi garam di Oe-cusse. Jadi, kita ingin tingkatkan ini ke industri juga,” jelas Direktur Reinaldo pada Tatoli.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Industri, pada maret lalu telah melakukan identifikasi Danau Maesmone yang terletak di Desa Maquelab, Taiboko, Pante Makasar RAEOA sebagai potensi masa depan untuk membangun industri garam.
Ia menegaskan selama ini, meskipun penjualan garam aktif dilakukan oleh masyarakat dan dibuat secara tradisional tapi ini tentunya harus diperhatikan agar bisa diindustrisalisasikan dan nantinya bisa membantu masyarakat setempat dalam menaikkan pendapatan.
Dalam pertemuan itupun juga dibahas mengenai masalah packaging (pengemasan) dan labeling (pelabelan) yang saat ini menjadi kendala untuk sebagian UMKM di Timor-Leste.
Pengemasan adalah proses menempatkan produk ke dalam kemasan yang sesuai untuk melindungi produk selama transportasi, penyimpanan, dan penjualan. Sementara itu, pelabelan adalah proses memberikan informasi pada kemasan produk melalui label yang mencakup nama produk, bahan-bahan, petunjuk penggunaan, tanggal kedaluwarsa, dan informasi penting lainnya.
Ditanya mengenai Proses pendirian Taman Industri di Ulmera (Liquiça), Ia menegaskan bahwa saat ini masih dalam tahap diskusi dengan masyakarakat setempat. Sedangkan saat ini MKI berencana untuk mendirikan pusat inkubator bagi para UMKM di Metinaro pada awal 2025 nanti.
“Di waktu dekat pada 2025 kita akan memulai konstuksi untuk pusat inkubator di Metinaro guna memfasilitasi UMKM kita agar mereka bisa melakukan promosi pada produk mereka, pelatihan dan lainnya dan konstruksinya akan kita lakukan, taman industri dan pusat inkubator kita. Jadi, kita harap di 2025 segera dibangun,” jelasnya.
Sementara, Analis Kebijakan Ahli Madya Biro Perencanaan di Kementerian Perindustrian Republik (Kemenperin) Indonesia, Heru Widiatmoko berharap dalam pertemuan ini bisa saling berdiskusi terkait dengan apa saja peluang-peluang ataupun kerjasama yang bisa tindak lanjuti baik itu yang sifatnya capacity building maupun kerjasama teknik lainnya.
“Kami berharap dengan adanya rapat atau diskusi yang akan diselenggarakan pada siang hari ini menghasilkan langkah-langkah konkrit dalam implementasi MoU ini secara nyata dan juga bisa kami tidak lanjuti dalam kerjasama selanjutnya di tahun ini maupun tahun 2025,” ucapnya.
Ia yakin setelah direalisasikan nantinya bisa membuka peluang kerjasama baik itu ekspor maupun impor yang dilakukan oleh kedua negara, sehinga bisa saling menguntungkan.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz