New York, 23 September 2024 (TATOLI) – Organisasi internasional dan antar pemerintah g7+ menyampaikan enam poin penting dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) tentang Masa Depan di New York.
KTT PBB tentang Masa Depan di New York, KTT untuk “Solusi multilateral untuk masa depan yang lebih baik”. Dalam intervensi, Presiden Republik, Sierra Leone, Julius Madaa Bio yang mewakili g7+ mengatakan, KTT ini merupakan peta jalan menuju transformasi yang lebih inklusif.
“KTT ini merupakan peta jalan menuju transformasi yang lebih inklusif. Kami dari organisasi g7+ ingin fokus pada enam isu terpenting dalam KTT ini,” kata Julius Madaa Bio dalam intervensinya selama tiga menit di depan berbagai negara di dunia dalam Konferensi PBB tersebut.
Enam poin penting yang yang menjadi isu penting dalam KTT PBB adalah :
- Menyerukan pentingnya rasa memiliki negara dan tata kelola pemerintahan yang inklusif. g7 + mengadvokasi rasa memiliki terhadap proses dan sistem pembangunan yang berupaya mengatasi kelemahan-kelemahan melalui dialog, rekonsiliasi, dan tata kelola pemerintahan yang inklusif
- Mempromosikan pembangunan berkelanjutan di negara-negara yang terkena dampak konflik. Hal ini membutuhkan penguatan atau peningkatan kerja sama internasional, mekanisme keuangan yang inovatif, dan penggunaan pendekatan kontekstual untuk memastikan tidak ada negara yang tertinggal
- Mempromosikan perdamaian dan keamanan internasional. Menyerukan peningkatan upaya untuk mempromosikan multilateralisme dan solidaritas global, pencegahan dan penyelesaian konflik
- Berinvestasi dalam sains, teknologi dan inovasi serta kerja sama digital
- Kaum muda dan generasi masa depan adalah agen perubahan
- Mentransformasi tata kelola global dan reformasi Dewan Keamanan dengan mengikutsertakan berbagai perwakilan anggota Dewan Keamanan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan global
Dilain pihak, Sekretaris Jeral g7+, Helder da Costa, mengatakan intervensi yang dilakukan Presiden Sierra Leone mewakili g7+ dalam konferensi ini sangat penting untuk mempromosikan perdamaian.
“Ita ohin marka tan istoria ida tanba foin dalauluk organizasaun intergovernamentál ida mai hato’o intervensaun dalauluk iha simeira nivél aas ne’e,” Helder hateten.
“Hari ini kita telah menandai sejarah pencapaian organisasi antar pemerintah g7+ dengan melakukan intervensi dalam KTT ini,” kata Helder da Costa.
Menurutnya, enam point yang diutarakan oleh Presiden Sierra Leone ada hal yang paling penting yaitu, meminta reformasi dewan keamanan PBB, dimana negara-negara barat harus memberikan perhatian yang kuat terhadap perubahan iklim dan terus memperkuat perdamaian di semua negara.
Sebelumnya, pada tahun 2020 dalam kerangka pernyataan untuk perayaan pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-75, Anggota Negara memohon kepada Sekretaris Jenderal, Antonio Guterres, untuk mengembangkan atau membuat rekomendasi agar mengatasi tantangan saat ini dan di masa depan.
Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga telah menerbitkan dokumen “Our Common Agenda ou Nossa Agenda Comum” yang mengidentifikasi opsi-opsi untuk rekonsiliasi tata kelola global dan kerja sama multilateralisme di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Konferensi tingkat tinggi ini dihadiri oleh negara-negara anggota PBB, badan-badan PBB, masyarakat sipil, akademisi, sektor swasta, dan parak kaum muda.
KTT ini mengadopsi Paket untuk Masa Depan (‘Pact for the Future’) yang merupakan dokumen akhir yang memandu tindakan, dan menyetujui konsensus para anggota negara.
g7+, yang berbasis di Lisbon, Portugal, adalah organisasi internasional dan antar pemerintah yang bertujuan untuk mempromosikan bantuan timbal balik di beberapa negara yang paling rentan.
Organisasi ini didirikan pada tahun 2010 oleh tujuh negara. Namun, saat ini sudah ada 20 yang bergabung dalam organisasi g7+ yaitu, Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Chad, Komoro, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Guinea Ekuatorial, Guinea-Bissau, Haiti, Liberia, Papua Nugini, Sierra Leone, Somalia, Kepulauan Solomon, Sao Tome dan Principe, Sudan Selatan, Timor Leste, Togo, dan Yaman.
Reporter : Hortencio Sanchez (Penerjemah : Armandina Moniz)
Editor : Florencio Miranda Ximenes