DILI, 11 juli 2024 (TATOLI)— Perdana Menteri, Kay Rala Xanana Gusmão khawatir dengan kualitas pendidikan khususnya Perguruan Tinggi di Timor-Leste yang tidak bervariasi.
Hal ini disampaikkan oleh PM Xanana selama menghadiri sebuah seminar internasional tentang sistem kualifikasi dan pengembangan keterampilan yang digelar oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Ilmu dan Kebudayaan (MESSK) di Novo Turismo, kamis ini.
Dalam kesempatan ini PM Xanana hadir sebagai pembicara yang membawakan tema “Pentingnya melatih sumber daya manusia dan menghasilkan kompetensi untuk menyukseskan kebijakan ekonomi nasional”.
“Karena hari ini tidak ada lagi pemikiran yang dangkal, banyak kaum muda mau wisuda dari UNPAZ (Universidade da Paz), UNDIL (Universidade Dili), Cristal, UNTL (Universidade Nasional Timor Lorosa’e) tetapi tidak berpikiran dangkal, tidak bisa berpikir secara filosofi. Tidak pernah berpikir saya harus berpartisipai dalam bidang apa. Dan juga, satu universitas hadir dengan fakultas ini, maka ada juga universitas lainnya yang hadir dengan fakultas yang sama juga. Jadi, semuanya sama saja,” ungkap PM Xanana.
Ia pun kecewa dengan kehadiran Universiats Katolik Timor (UCT) yang seharusnya berlokasi di Soibada Manatuto untuk berfokus pada bidang sastra, dan filosofi guna menghadirkan pada pemimpin-pemimpin baru di Timor-Leste tapi malah memberikan studi yang sama seperti universitas yang lain.
PM Xanana yakin pemerintah dan perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menyiapkan generasi baru yang pintar dan harus belajar untuk bisa memegang sendiri kendali agar tidak bergantung pada orang asing.
“Saya senang bertemu kalian bukan karena untuk menyalahkan tetapi untuk bersama memperbaiki karena kalian adalah dasar bagi generasi Timor yang pintar, bisa percaya diri bahwa Ia juga bisa melakukan sesuatu,” katanya.
Sementara, Menteri MESSK, José Honorio da Costa Pereira Geronimo mengakui bahwa saat ini kualitas perguruan tinggi di Timor-Leste menghadapi masalah dan kehadiran Pemerintah untuk memberikan dukungan.
“Para rektor juga mendengarkan langsung, dan jika dilihat dari kualitas semua harus mengetahuinya. Tetapi Pemerintah juga berupaya bersama perguruan tinggi untuk mengedepankan kualitas tidak secara langsung tapi perlahan lebih baik untuk kaum muda,” jelasnya.
Menteri José juga menegaskan bahwa undang-undang dasar perguruan tinggi juga setelah disetujui oleh Parlamen Nasional pada juni lalu dan diharapkan bisa disahkan oleh Presiden Republik karena menjadi sarana bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas mereka.
Mengenai banyaknya perguruan tinggi hadir dengan bidang studi yang sama, Menteri José menegaskan bahwa akan berkoordinasi dengan ANAAA (Badan Nasional untuk Penilaian dan Akreditasi) untuk melihat kembali proses kedepannya.
Rektor UCT, Joel Casimiro, OFM mengakui kekwatiran Perdana Menteri dan dengan ini menjadi pengingat tidak hanya bagi UCT tapi bagi seluruh perguruan tinggi bahwa harus terus memperbaiki diri.
“Saat ini ada era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan setiap orang memiliki visi dan misi untuk berkompetisi tidak dalam pendapatan tapi untuk menghadirikan kualitas perguruan tinggi karena keinginan PM Xanana adalah bagaimanan orang Timor memiliki pemikiran yang kritis bagi masyarakat dan dunia,” katanya.
Diketahui selama dua hari, seminar internasional tersebut akan menghadirkan pembicara dari lembaga-lembaga dan para professor dari Malaysia, ASEAN, ADB (Asian Development Bank), INDMO (Lembaga Pengembangan Tenaga Kerja Nasional), CCI-TL (Kamar Dagan Industri Timor-Leste), ANAA, IPB (Institut Politeknik Betano) dan lainnya.
Perguruang tinggi yang hadir dalam seminar internasional tersebut adalah perguruang tinggi swasta di seluruh teritori Timor-Leste.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz