DILI, 21 mei 2024 (TATOLI)– Direktur Nasional Infrastruktur dan Komunikasi (DNIK) di Kementerian Transportasi dan Komunikasi (MTK), Ambrosio M. B. Amaral mengungkapkan melalui Proyek Nasional Konektivitas (NCP) telah memfasilitasi infrastruktur jaringan internet bagi 559 lembaga peemrintah di seluruh teritori.
DNIK bertugas untuk menyiapkan dan mengembangkan infrastruktur jaringan internet pemerintah untuk bekerjasama dengan entitas lainnya, serta menjamin sistem ICT Pemerintah di nasional hingga lokal.
“DNIK sudah memfasilitasi jaringan internet di 559 lembaga pemerintah di seluruh teritori Timor-Leste dengan infrastruktur dasar kabel serat optik dan mengunakan tower listrik EDTL. Ini artinya saat ini sistem digitalisasi Pemerintah berjalan tentunya infrastruktur kita sudah siap khususnya di pusat kotamadya,” jelas Ambrosio M. B. Amaral pada Tatoli secara eksklusif.
Ia menjelaskan, Pemerintah sendiri memiliki lembaga seperti TIC.IP yang bertujuan untuk membuat sistem digital dan pemeirntah elektronik tetapi jika tidak didukung dangan infrastruktur yang memadai maka semuanya tidak akan bernilai.
“Sejak 2002 kapasitas internet kita hanya 512kbps dan saat ini kapasitas sudah capai 1Gb atau 1000mbps yang disistribusikan bagi lembaga Pemerintah. Kita berharap dengan proyek kabel serat optik kapasitanya akan bertambah jadi 800Gb pada tahap pertama hingga 27Tb,” jelasnya.
Dijelaskan, proyek NCP I dimulai pada 2008, NCP II pada 2011, NCP III pada 2013, NCP IV pada 2014, NCP V pada 2015, NCP VI pada 2016, NCP VII pada 2022. Saat ini Pemerintah melalui DNIK tengah menyiapkan implementasia untuk NCP VIII.
“Untuk NCP VIII ini kita akan melengkapi koneketivitas internet bagi semua lembaga Pemerintah yang belum serta untuk mengkoneksikan internet ke Puskesmas dan Kantor Desa guna menjamin program sistem digitalisasi Pemerintah,” katanya.
Dijelaskan juga, konektivitas internet di dalam negeri hanya menggunakan sistem microwave oleh operator telekommunikasi dimana Timor Telecom dengan kapasitas 4Gb, Telemor 7.5Gb, Telkomcel 13.5 Gb serta ISP (Internet Service Provider) seperti Metro Link dan SACOM TL semuanya digabungkan hanya 30Gb.
Mengenai konektivitas yang sering hilang, Ia menjelaskan bahwa sistem microwave sendiri memiliki kekurangan seperti jarak jangkauan yang terbatas serta rentan terhadap cuaca khususnya hujan.
Ditanya mengenai jangkaun dari setiap operator telekomunikasi, Direktur itu pun menegaskan bahwa saat ini Operator Telemor unggul dalam jangkauan konektivitas karena telah memasang hampir 300 tower BTS (Base Transceiver Station) di seluruh teritori.
Tetapi untuk harga internet di Timor-Leste sendiri cenderung lebih mahal mengingat pendapatan dari para operator telekomunikasi juga minim jika dibandingkan dengan pendirian satu tower BTS senilai $50.000 hingga $100.000 serta pembayaran pajak pada Otoritas Nasional Komunikasi (ANC) yang mencapai $1.000 setiap tahun untuk satu tower BTS.
“Alasannya lainnya pun tidak gampang untuk bisa memilih lahan untuk pembangunan tower BTS,” paparnya.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz