DILI, 25 September 2023 (TATOLI)—Presiden Republik, Jose Ramos Horta menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) g7+ di sela-sela Sesi ke-78 Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada jumat, 22 september 2023.
KTT g7+ itu diselenggarakan di New York, Amerika Serikat dengan tema “Meningkatkan Solidaritas Global, Mempertahankan Perdamaian, dan Membangun Ketahanan di Negara-Negara yang Terkena Dampak Konflik dan Kerapuhan”.
Acara tersebut diselenggarakan bersama oleh Misi Tetap Timor-Leste, Misi Tetap Sierra Leone, dan Sekretariat g7+ dan dihadiri oleh Presiden Republik Timor-Leste, Jose Ramos Horta dan perwakilan negara-negara anggota g7+ dan pada para duta besar, perwakilan Sekretaris Jenderal PBB, para mitra, dan para akademisi.
Selama pertemuan, para anggota mempresentasikan tantangan dan prioritas pembangunan masing-masing negara untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Para anggota juga mendukung kehadiran sekretariat g7+ di New York untuk memastikan koordinasi antar anggota dan mengoptimalkan penggunaan status pengamat dengan meningkatkan visibilitas g7+ dalam wacana terkait di PBB.
Berdasarkan siaran pers yang diakses Tatoli, menyebutkan, g7+ merupakan sebuah organisasi antar pemerintah yang terdiri dari negara-negara yang terkena dampak dari konflik yang memiliki visi tentang perdamaian, stabilitas, dan pembangunan.
“Organisasi ini menyediakan platform bagi negara-negara untuk berbicara secara kolektif tentang kebutuhan dialog nasional dan rekonsiliasi,” tulis siaran pers itu.
Tujuan umum dari g7+ adalah untuk membantu menghentikan konflik dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di negara anggota.
Negara-negara anggota g7+ terdiri dari Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Chad, Comoros, Cote de Ivoire, Republik Demokratik Kongo, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, Liberia, Papua Nugini, Sao Tome e Principe, Sierra Leone, Somalia, Kepulauan Solomon, Sudan Selatan, Timor-Leste, Togo, dan Yaman.
“Grup G7+ didirikan dalam Dialog Internasional pertama tentang Pemberdayaan Damai dan Pembangunan Negara pada tanggal 10 April 2010 di Dili, Timor-Leste. Inisiatif ini muncul karena kekhawatiran bahwa kerja sama pembangunan tradisional tidak memperbaiki situasi negara-negara yang lemah. Sehingga g7+ ingin mencari solusi untuk situasi ini dan mengubah hubungan antara negara yang mengalami kesulitan menjadi kemitraan yang didasarkan pada dialog dan kerjasama,” tulis siaran pers itu.
g7+ menerima konsep kerjasama yang rapuh (F2F) yang bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama antara negara-negara anggota.
Kerjasama F2F memungkinkan pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan antara negara tersebut dan mempromosikan perjalanan yang dipimpin oleh negara untuk perdamaian dan ketangguhan dengan memanfaatkan pengalaman hidup mereka dalam konflik dan situasi yang rapuh.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz