DILI, 21 juni 2023 (TATOLI)— Dom Virgilio Kardinal do Carmo da Silva melalui khotbah di perayaan misa requiem mengungkapkan bahwa Mendiang Isabel da Costa Ferreira adalah salah satu contoh seorang nasrani yang sesungguhnya.
“Wafatnya Mendiang bukan hanya kehilangan untuk keluarga tetapi untuk semua orang Timor. Banyak orang berdatangan ke Metiaut meskipun jauh. Mendiang telah menjadi seoarang yang memberikan contoh baik bagi kita semua. Beliang bertanggungjawab atas kewajibanya sebagai seorang ibu, istri dan perempaun dan menjalaninya dengan baik,” ungkap Uskup Agung Keuskupang Dili, Dom Virgilio di Gereja Paroki Nossa Senhora Imaculada da Conceiçao Balide.
Berita terkait : Kenang sosok mendiang Isabel da Costa Ferreira
Menurutnya, meskipun Mendiang hanya 49 tahun tinggal di dunia tetapi mampu menunjukan kualitas hidup yang terbaik dan memberikan inspirasi bagi banyak orang semasa hidupnya.
“Saya percaya banyak dari kita mendapatkan inspirasi dari mendiang. Ia orang yang memiliki devosi kepada Ekaristi Kudus dan tidak hanya itu Ia juga berdevosi pada Bunda Maria. Kita berdoa agar Bunda Maria bisa mendampinginya sampai kehadirat Tuhan,” ucapnya.

Dalam kesempatan ini, Dom Virgilio turut memberikan belasungkawa pada Perdana Menteri, Taur Matan Ruak dan ketiga anaknya dan semua keluarga atas kehilangan Mendiang Isabel da Costa Ferreira.
Uskup Agung pun mengingatkan meskipun kematian memisahkan sepenuhnya dan tidak ada lagi kontak secara fisik tetapi keluarga diminta untuk tetap mengenang Mending melalui doa dan Perayaan Ekaristi sebagai satu-satunya jalan untuk berkomunikasi.
“Untuk bisa berkomunikasi dengan mereka melalui Perayaan Ekaristi, ini dilakukan bukan karena kewajiban tetapi karena kasih. Saya percaya Ibu Isabel juga mengharapkan hal yang sama pada anak-anaknya, tetapi layaknya manusia kita juga harus tetap berterima kasih atas hidup yang sudah diberikan,” tambahnya.
Baginya kematian bukanlah akhir tetapi adalah perjalanan baru untuk bertemu dengan Sang Pencipta dan kehadiran semua orang di perayaan Ekarisiti tersebut tidak hanya untuk memberikan penghormatan pada mendiang tetapi untuk mengingatkan semua orang bahwa kematian adalah satu hal yang pasti.
Berita terkait : Istri Perdana Menteri Timor-Leste wafat
“St. Paulo pernah berkata kita hidup dan mati hanya untuk Tuhan karena kristus melakukan hal yang sama pada kita. Ini mendukung kita untuk mengerti lebih baik. Kita tidak hanya berdoa untuk yang meninggal tetapi mengingatkan kita arti hidup. Nasrani harus mengerti bahwa kedatanganya di dunia hanyalah tamu dan harus terus menjalin hubungan baik dengan Tuhan. Kita tidak pernah tahu kapan kita akan hidup kembali,” jelas Dom Virgilio.
Ia menjelaskan perayaan Ekaristi ini adalah misa terakhir untuk mengenang beliau dan percaya bahwa suatu hari nanti dapat bertemu kembali.
Misa yang dipimpin oleh Uskup Agung, Dom Virgilio Kardinal do Carmo da Silva dan didampingi oleh Duta Besar Tahta Suci Vatikan di Timor-Leste, Monsinyur Marco Sprizzi lebih dari 30 pastor dan dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari masyarakat, LSM, organisasi nasional, internasional, kalangan swasta, intitusi, pemuka agama dan yang lainnya.
Mendiang Isabel akan dimakamkan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Bekussi, Dili setelah mengikuti Misa Requiem di Gereja Paroki Nossa Senhora Imaculada da Conceição Balide.
Istri Perdana Menteri, Isabel da Costa Ferreira wafat pada minggu (18/06/2023), pukul 20:48 WTL di kediamannya Metiaut, Dili. Mendiang Isabel meninggal dunia dengan usia 49 tahun. Mendiang Isabel wafat, karena menderita penyakit kanker usus stadium akhir.
Isabel da Costa Ferreira lahir di Same, kotamadya Manufahi pada 15 April 1974, Isabel da Costa Ferreira, yang berusia 49 tahun pada bulan april, adalah seorang pengacara, politikus, mantan wakil dan kandidat dalam Pemilihan Presiden tahun 2022.
Berita terkait : Besok, jenazah Istri Perdana Menteri Timor-Leste dimakamkan di TPU Bekussi
Anak dari Mateus Ferreira dan dan Ana Flora de Jesus Ferreira, merupakan bungsu kedua dari 13 bersaudara. Ia belajar hukum di Indonesia dan mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk masalah hak asasi manusia, mengecam pelanggaran yang dilakukan selama pendudukan Indonesia. Mendiang bisa berbahasa Tetun, Portugis dan Indonesia.
Isabel da Costa Ferreira dan Taur Matan Ruak menikah pada mei 2001 dan pasangan itu memiliki tiga anak, satu laki-laki bernama Queshadhip Ruak Ferreira de Vasconcelos dan dua perempuan bernama Lola Ruak Ferreira de Vasconcelos dan Tamarisa Ruak Ferreira de Vasconcelos.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz