iklan

INTERNASIONAL, SOSIAL INKLUSIF

UNDP dan Pemerintah lakukan evaluasi pemetaan daerah rawan bencana di Timor-Leste

UNDP dan Pemerintah lakukan evaluasi pemetaan daerah rawan bencana di Timor-Leste

Perwakilan UNDP di Timor-Leste, Munktuya Altangerel didampingi Sekretaris Negara urusan Lingkungan, Demétrio do Amaral de Carvalho Sekretaris Negara untuk Perlindungan Sipil, Joaquim Jose Gusmão dos Reis Martins dalam acara workshop yang digelar di Hotel Timor, selasa (24/01). Foto spesial

DILI, 24 januari 2023 (TATOLI)— Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) melalui proyek Menjaga Masyarakat Pedesaan dan Aset Fisik dari bencana Akibat Iklim di Timor-Leste bersama Pemerintah kembali melakukan evaluasi untuk daerah rawan bencana.

Perwakilan UNDP di Timor-Leste, Munktuya Altangerel menjelaskan proyek yang bertujuan untuk mengevaluasi kerentanan multi bahaya dan penilaian risiko (MHVRA -inggris) untuk masyarakat rentan di Timor-Leste (TL) telah dimulai sejak 09 desember 2021 dengan dana $1,2 juta.

Dua perusahaan ANTEA Group dan mitranya HIVOS telah membuat evaluasi untuk MHVRA dan pada workshop tersebut mereka akan membagikan proses pemetaan yang sudah dilakukan di seluruh teritori nasional. Laporan yang ada kedepannya akan membantu Pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana yang kerap terjadi,” ucap perwakilan UNDP itu kepada wartawan dalam acara Workshop Nasional kerentanan multi bahaya dan penilaian risiko (MHVRA -inggris), di Hotel Timor, selasa ini.

Dikatakan, dari pemetaan ini tersebut kotamadya Manufahi khususnya di Betano dan Dili menjadi yang paling beresiko akan bencana karena wilayah rawan terkena bencana anggin kencan dan banjir. Selain itu, infrastuktur rumah juga harus diperhatikan agar tidak mendapatkan kerusakan yang lebih besar ketika terjadi bencana.

“Sebenarnya resiko bencana ada di seluruh teritori dan TL menjadi negara ke-15 yang rentan untuk terjadinya bencana.  Sepuluh (10) bencana akan perubahan iklim yang biasa terjadi adalah,  kebakaran, angin kencan, banjir, longsor, gempa dan lainnya,” katanya.

Sementara, Sekretaris Negara urusan Lingkungan, Demétrio do Amaral de Carvalho mengatakan, hasil evaluasi ini menemukan bencana yang terjadi pada 04 april 2021 memakan kerugian lebih dari $370 juta dan kalkulasi ini melalui dukungan Dana Iklim Hijau (GCF -inggris) yang  diimplementasi oleh UNDP.

“Ini memberikan kondisi untuk kita membuat prediksi wilayah-wilayah yang beresiko agar kedepannya jika dilakukan sebuah proyek kita sudah mengetahui kondisi fisik dari wilayah tersebut dan kerentanan,” ucap Demétrio do Amaral de Carvalho.

Sekretaris Negara untuk Perlindungan Sipil, Joaquim Jose Gusmão dos Reis Martins menanggapi bahwa selama ini Timor-Leste belum memiliki pemetaan sendiri, jadi dengan dukungan ini Pemerintah bisa mengetahui kemungkinan apa yang akan terjadi dan membuat persiapan.

Proyek ini mendukung penerapan 130 infrastruktur berskala kecil yang tahan iklim di enam kota yang telah diidentifikasi paling rentan terhadap bahaya terkait iklim.

Proyek enam tahun ‘Melindungi Masyarakat Pedesaan dan Aset Fisik mereka dari Bencana Akibat Iklim di Timor-Leste’ akan mendukung implementasi 130 infrastruktur skala kecil yang tahan iklim di enam kota yang telah diidentifikasi paling rentan terhadap bahaya terkait iklim tetapi khusus untuk pemetaan di seluruh teritori nasional.

Sekitar 175.840 orang  (sekitar 15%) dari populasi  akan mendapat manfaat dari 38 sistem pasokan air baru, 25 skema irigasi, 216 kilometer jalan desa, dan 20 infrastruktur perlindungan banjir.

Proyek ini juga memperkenalkan pendekatan adaptasi transformatif untuk perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur pedesaan di bawah kerangka perencanaan pembangunan tingkat desa dan kotamadya.

Reporter: Cidalia Fátima

Editor    : Armandina Moniz

 

 

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!