DILI, 06 oktober 2022 (TATOLI)— Australia berkomitmen untuk melindungi perairan Laut Arafura dan Timor (ATS -inggris) melalui Proyek Arafura & Timor Seas Ecosystem Action (ATSEA), sementara Indonesia dan PNG (Papua New Guinea) berfokus pada penetapan MPA (Marine Protected Area).
Melalui siaran pers dari Proyek ATSEA-2, disebutkan Sistem Perwakilan Nasional Kawasan Konservasi Laut Australia (terdiri dari taman laut pemerintah Australia, negara bagian dan teritori) mencakup 45% perairan Australia, atau sekitar 4 juta km².
Sistem nasional ini mencakup taman laut pesisir dan lepas pantai di kawasan ATS yang membantu melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati Laut Arafura dan Laut Timor serta memastikan penggunaan sumber daya laut berkelanjutan secara ekologis.
“Australia sangat berkomitmen untuk melindungi kesehatan Laut Arafura dan Laut Timor,” jelas Andrew Chek, yang merupakan Penjabat Direktur di Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan dan Air (DCCEEW) di Australia dan ATSEA-2 Titik Fokus Nasional di Australia.
Ia menambahkan pengelolaan taman laut di kawasan ini memberikan kontribusi yang kuat terhadap tujuan Program ATSEA dan pihaknya berharap dapat terus terlibat dengan Indonesia, Timor-Leste dan Papua Nugini (PNG) seiring dengan berkembangnya jaringan MPA di masa depan.
Demikian pula, PNG juga mengambil inisiatif untuk menilai area prioritas untuk MPA. Pemerintah berencana untuk membantu 13 desa perjanjian yang diakui di bawah Perjanjian Selat Torres untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan di Distrik South Fly.
Noan Pakop, Wakil Direktur Pelaksana Badan Perikanan Nasional (NFA) PNG dan Direktur Proyek Nasional ATSEA-2 PNG, mengatakan menghormati adat masyarakat tradisional dan secara aktif mencari cara untuk mencapai keseimbangan dengan mereka sangat penting untuk keberlanjutan konservasi pada tahun-tahun mendatang.
Sementara itu, Indonesia telah menetapkan target untuk membangun 300.000 km² MPA pada tahun 2030. Nusantara baru-baru ini membentuk empat MPA baru di wilayah yang diusulkan oleh Proyek ATSEA-2, dan Tanimbar di Provinsi Maluku bagian timur.
Penetapan baru ini telah meningkatkan upaya Indonesia hingga 4% dari target sebelumnya 10% untuk mengelola secara efektif perairan nasional pada tahun 2030. Proyek ATSEA-2 juga mendukung strategi ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memperluas konservasi wilayah, dengan target 30% dari total luas perairan Indonesia.
“Kami memiliki tujuan dan masih panjang jalan yang harus kami tempuh untuk mencapainya,” kata Yayan Hikmayani, Kepala Pusat Penelitian Perikanan KKP Republik Indonesia yang juga Direktur Proyek Nasional ATSEA-2dari Indonesia.
Ia menambahkan pembentukan kawasan baru hanyalah langkah awal sebelum dapat terlibat dengan masyarakat lokal dan meningkatkan kapasitas teknis kita untuk mendukung MPA ini, sehingga ekonomi biru dapat diterapkan secara praktis dalam mengelola wilayah laut dan pesisir.
Timor-Leste sendiri melalui Kementerian Pertanian dan Perikanan (MAP -tetun) telah mengidentifikasikan tujuh perairan dangkal dan lima perairan dalam yang merupakan kandidat cocok untuk MPA di laut ATS.
Reporter: Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz