iklan

INTERNASIONAL, PENDIDIKAN

ATSC minta Pemerintah fasilitasi mahasiswa TL kembali lanjutkan studi di China

ATSC minta Pemerintah fasilitasi mahasiswa TL kembali lanjutkan studi di China

Ketua Association of Timorese Students in China (ATSC), Esmeraldito Ferreira. Foto spesial

DILI, 13 april 2022 (TATOLI)—Association of Timorese Students in China (ATSC) mewakili penerima beasiswa asal Timor-Leste di China meminta Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (MESKK – tetum) untuk mendukung  para mahasiswa melanjutkan studi mereka.

“Kami terus berjuang untuk mendapatkan hak kami. Karena itu, kami meminta bantuan Pemerintah agar mendukung kami kembali ke China agar  dapat melanjutkan studi kami,” kata Ketua ATSC, Esmeraldito Ferreira pada Tatoli di Letefoho Coffe Pantai Kelapa, rabu ini.

Saat, ini ATSC telah mendaftarkan 128 mahasiswa yang aktif kuliah di China dimana 90% diantaranya adalah penerima beasiswa dan sisanya adalah pembiayaan sendiri, tetapi angka ini diperkirakan bisa melebihi karena banyaknya mahasiswa yang belum bergabung.

ATSC sebelumnya telah berusah untuk berkoordinasi dengan Kedutaan Besar China di Timor-Leste agar memberikan kesempatan untuk bisa kembali ke China demi melanjutkan studi mereka.

Untuk itu, Kedubes China telah memberikan kesempatan untuk 17 mahasiswa untuk tahap pertama dan membuka jalan bagi mereka agar kembali. Tetapi, untuk proses mobilisasi dibutuhkan dukungan dari Pemerintah Timor-Leste.

Menanggapi hal ini, pihak ATSC pun telah menyampaikan masalah terkait kepada Dewan Menteri, MESKK, Kementerian Keuangan (MF) dan Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama (MNEK) tetapi hingga sekarang belum mendapatkan jawaban yang pasti.

“Kami sudah menyampaikan hal itu kepada Pemerintah untuk bisa membiayai kami kembali ke China. Karena, Pemerintah China telah membuka jalan dan kebanyakan dari kami adalah penerima beasiswa dari Pemerintah China,” ucapnya.

Ia berharap, Pemerintah dapat mempertimbangkan permintaan mereka karena beasiswa yang didapatkan oleh para mahasiswa adalah hasil kerjasama bilateral dari kedua Pemerintah China dan Timor-Leste untuk mendukung sumber daya manusia dan berkontribusi pada pembangunan negara.

“Kami semua bukan dari kalangan orang kaya. Kami kesana karena beasiswa dan kami meminta ini, karena sebelumnya Pemerintah   yang sudah menjanjikan hal tersebut kepada kami. Paling lambat September tahun ini karena pada bulan tersebut adalah semester baru,” ungkap Esmeraldito Ferreira.

Esmeraldito Ferreira mulai belajar Kedokteran Umum pada tahun 2017 di Universitas Fudan dan kembali ke Timor-Leste pada tahun 2020 untuk memperbarui Pasport dan perpanjangan Visa.

“Kami memiliki tiga alasan utama untuk kembali ke Timor-Leste yaitu masalah visa dan passport yang telah expire, liburan panjang selama musim panas dan krisis kesehatan yang disebabkan Covid-19 di provinsi Wuhan dan kota-kota lain di China. Karena itu kami terpaksa kembali ke TL waktu itu”, katanya.

Ia menambahkan, semua mahasiswa yang kembali dari China terus melanjutkan proses perkuliahan secara daring atau online tetapi ada beberapa matakuliah yang tidak bisa diambil karena dibutuhkan kehadiran langsung agar bisa mengikuti praktik.

Selain itu, proses perkualiahan online yang dilakukan juga tidak efektif karena kondisi jaringan internet Timor-Leste yang selalu melemah. Beberapa mahasiswa juga tidak memiliki biaya yang cukup untuk menfasilitasi perkualiahan online karena kebanyakan adalah penerima beasiswa.

“Kami dapat mengikuti kelas secara online, tetapi itu hanya sekedar teori, namun kelas praktik membutuhkan kehadiran mahasiswa, khususnya mahasiswa kedokteran dan juga teknik. Kita harus kembali untuk berpartisipasi dalam kelas dan melakukan praktek”, tuturnya.

Reporter: Cidalia Fátima

Editor   : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!