iklan

POLITIK, INTERNASIONAL, KESEHATAN, DILI, HEADLINE, SOSIAL INKLUSIF

Tingkatkan nutrisi anak, mitra internasional dan Kemenkes luncurkan proyek 5S

Tingkatkan nutrisi anak, mitra internasional dan Kemenkes luncurkan proyek 5S

Mitra internasional, WHO dan WFP bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, meluncurkan proyek dengan tema ‘Katakan Tidak Pada 5S’ di Aula City 8, selasa (08/03). Foto Tatoli/Francisco Sony

DILI, 08 maret 2022 (TATOLI)— Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (WFP) dan  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai mitra internasional bekerjasama dengan  Kementerian Kesehatan (Kemenkes), selasa ini meluncurkan proyek dengan tema ‘Katakan Tidak Pada 5S’. Tujuannya, mempromosikan kehidupan yang baik, sehat dan bernutrisi pada anak sekolah.

Proyek ‘Katakan Tidak Pada 5S’ (Minuman manis/alcohol, merokok, kelaparan, penyakit kulit, dan cacingan) diluncurkan di  City 8, Dili, selasa ini.

Country Director KOICA, Eunju Cha mengatakan, program 5S bekerja sama juga dengan Kementerian Pendidikan Pemuda dan Olahraga (MEJD), agar mengatakan tidak pada  merokok, kelaparan, penyakit kulit, cacing menular dari tanah, dan minuman manis/alkohol. Proyek  itu menggunakan  dana  senilai $7.8 juta. Anggaran  tersebut  didanai  Korea International Cooperation Agency (KOICA) dari Pemerintah Korea.

“Proyek ini memberikan serangkaian dukungan yang komprehensif, mulai dari dukungan teknis dan logistik hingga peningkatan kapasitas, penyediaan Paket Perawatan Kesehatan Dasar dan makanan yang diperkaya nutrisi, dan perbaikan infrastruktur di lingkungan sekolah,” kata Country Director KOICA, Eunju Cha dalam pidatonya.

Menurutnya, dengan dukungan tersebut dapat meningkatkan nutrisi pada anak-anak dimasa yang penuh tantangan ini.

Sementara itu, Menteri Kesehatan, Odete Maria Belo mengatakan pelaksanaan proyek tersebut sangat tepat pada situasi  sekarang. Jadi, kerjasama yang terjaling dengan WHO dan WFP ini  untuk mengurangi resiko penyakit dan mengatasi kekurangan gizi pada anak.

“Kami akan bekerja saling  membahu untuk menyediakan makanan yang bergizi, paket perawatan kesehatan dasar dan pendidikan kesehatan kepada siswa, dan memastikan bahwa sekolah berfungsi sebagai ruang yang memfasilitasi pembelajaran yang lebih baik” kata Menteri Odete.

Dilain pihak, Country Director WFP, Dageng Liu mengutarakan pihaknya akan  memperkenalkan nasi yang diperkaya mineral dan vitamin sebagai bagian dari program makanan sekolah, yang menargetkan 79.000 anak, pada lebih dari 400 sekolah yang ditargetkan pada tiga kotamadya yakni Baucau, Bobonaro, dan Manufahi.

Dimana, katanya proyek tersebut akan berfokus pada rehabilitasi dapur dan wajib membuat masakan higienis untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan sekolah.

“ Kami memberikan kesempatan untuk nutrisi yang lebih baik bagi anak-anak, terutama mereka yang berasal dari masyarakat kurang mampu. Jika tidak dilakukan, maka mereka tidak memiliki akses ke makanan yang bergizi dan seimbang. Kemitraan antara WFP dan WHO, didukung oleh KOICA,” kata Dageng Liu.

Berdasarkan data penelitian WFP mencatat   18%  anak-anak TL menderita penyakit kulit menular seperti kudis dan impetigo, sedangkan siswa laki-laki yang berusia 13 hingga 15 tahun sekitar 14% hingga 32% prevalensi konsumsi alkohol dan merokok dari 600.000 anak di TL.

Selain itu Perwakilan, WHO di TL Arvind Mathur menjelaskan dalam proyek tersebut pihaknya akan memberikan paket perawatan kesehatan dasar untuk semua siswa sekolah dasar dan pra-sekolah menengah.

Dia juga mengatakan, selain itu akan didukung juga pengecekan kesehatan oleh tim medis untuk   mengetahui infeksi kulit, status gizi, dan kesehatan mata/mulut/telinga. Dalam pemeriksaan  akan diberikan obat cacing.

“Melalui kemitraan jangka panjang, kami berharap semua anak usia sekolah dan komunitas di seluruh negeri akan terlibat dalam perilaku sehat dan literasi kesehatan dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan. Itu harus dilakukan agar  dapat mengikuti pembelajaran disekolah dengan baik,” katanya.

Dilanjutkan, proyek ‘Katakan Tidak Pada S5’  adalah pendekatan terpadu dalam menangani kesehatan, gizi, dan ketahanan pangan anak usia sekolah. Ini adalah langkah tonggak yang akan melembagakan nutrisi, kesehatan dan pendidikan untuk semua anak,” ujar Arvind Mathur.

Dikatakan, di Timor-Leste, ketahanan pangan dan malnutrisi tetap menjadi tantangan yang berkelanjutan, dengan lebih dari sepertiga penduduknya mengalami kerawanan pangan kronis. Beban penyakit menular yang terus berlanjut dan kebiasaan hidup yang tidak sehat merupakan keprihatinan lain di antara anak-anak TL.

Reporter : Mirandolina Barros Soares

Editor   : Armandina Moniz

iklan
iklan

Leave a Reply

iklan
error: Content is protected !!