DILI, 04 januari 2022 (TATOLI)— Kepala Pusat Kesehatan Kotamadya Dili, Agustinha Saguradu mengatakan delapan anak meninggal dunia karena teridentifikasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Jumlah kasus tersebut tercatat dari januari hingga desember 2021.
Agustinha Saguradu menjelaskan, selain delapan anak meninggal dunia, teridentifikasi juga 672 orang menderita demam berdarah. Kasus kematian delapan anak meninggal dunia dan 672 teridentifikasi DBD terjadi di Kotamadya Dili.
Dengan bertambahnya penyakit DBD, Kementerian Kesehatan melalui Kepala Pusat Kesehatan Kotamadya Dili mengimbau kepada seluruh masyarakat di Kotamadya Dili untuk menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing, agar terhindar dari ancaman DBD.
“Dari delapan anak yang meninggal dunia, dua diantaranya dirujuk ke rumah sakit nasional karena menunjukan tanda-tanda demam berdarah yang krisis dan empat diantaranya dari rumah dan dirawat di Pusat kesehatan terdekat,” kata Agustinha Saguradu kepada wartawan di Caicoli, Dili, selasa ini.
Ia menambahkan bahwa pada bulan desember 2021 saja, kasus demam berdarah menyebabkan enam anak meninggal dunia dari 200 lebih kasus yang teridentifikasi.
Sementara itu, katanya, dari data terbaru yang dikumpulkan pada 2 januari 2022, ada empat anak yang terindentifikasi lagi dan empat kasus tersebut dari Pos Admministratif Dom Aleixo.
Dikatakan, daerah yang paling rawan di kotamadya Dili setiap tahun adalah Pos Administratif Dom Aleixo, Cristo Rei, Nain Feto dan Vera Cruz.
“Faktor lingkungan menjadi penyebab utama dalam peningkatan penularan penyakit sehingga pengendalian tetap menjadi metode utama untuk mencegah infeksi demam berdarah. Saya meminta kepada masyarakat untuk membersihkan dan menjaga daerah tempat mereka tinggal untuk memastikan pengelolaan lingkungan dari nyamuk demam berdarah,”tegasnya.
Menurutnya, DBD disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak bersih dan menyebabkan peningkatan penularan penyakit selama musim hujan.
Ia juga menyampaikan bahwa selama ini tim kesehatan juga melakukan penyemprotan nyamuk hanya di daerah yang dianggap paling rawan karena insektisida terbatas.
“Saya minta kepada semua masayarakat di Dili, jika hujan dua kali sehari itu merupakan faktor yang sangat rawan. Karena itu, kita semua berkontribusi mengelola sampah, termasuk pada otoritas lokal, untuk memobilisasi komunitas di lingkungan, kampung dan keluarga agar menjaga kebersihan,” pintanya.
Reporter : Mirandolina Barros Soares
Editor : Armandina Moniz