DILI, 12 desember 2021 (TATOLI)– Direktur Arcoirs Timor-Leste (TL), Bella Galhos meminta pemerintah dan masyarakat bisa lebih menghargai eksistensi kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di TL untuk mendapatkan hak yang sama.
Bella mengatakan hal ini usai berbicara dalam diskusi besar tentang penerimaan keluarga dari komunitas #LGBTIQ+ dan kemajuan hak-hak mereka di TL yang digelar Uni Eropa (UE) di TL dan Dili International Film Festival (DIFF) Diversity merayakan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dengan momen-momen yang mengejutkan dan menginspirasi.
Menurutnya, semua orang sering menyebut masyarakat rentan tetapi mereka sulit untuk menyebut LGBT karena takut budaya dan agama, tetapi ini adalah kehidupan yang dari awal seperti ini.
“Saya tidak menyangkal bahwa Pemerintah dalam pidatonya selalu mengangkat dan menghargai kaum LGBT tapi nyatanya masyarakat LGBT ini dihapus keseluruhannya dari setiap program pemerintah,” ungkap Bella pada Tatoli di Fundação Oriente, jumat.
Ia menjelaskan, selama ini prioritas LGBT di TL bukan berjuang untuk mendapatkan hak menikah atau semacamnya, tetapi ingin berjuang untuk eksistensi di lingkungan dan ingin diakui bahwa mereka benar-benar ada dan mempunyai hak untuk kesempatan dan sumber daya dan kebebasan manusia biasa lainnya.
“Ini hari yang penting dan kami sedang berjuang dan berharap ada hasilnya. Negara kita mengikuti perjanjian PBB tentang LGBT dan diharapkan bisa mengikutinya. Keinginan kami hanya ingin diakui dan dihargai seperti orang lain,” kata Direktur Arcoirs itu.
Ia berpesan agar semua keluarga di TL untuk tetap mendukung anak-anak mereka yang merasa bahwa diri mereka adalah LGBT dengen memberikan kesempatan untuk memiliki hak yang sama sebagai anak dan anggota keluarga.
Menurut data Arcoirs menyebutkan dari semua sosialisasinya di tiga kotamadya seperti Dili, Bobonaro dan Manatuto terdapat lebih dari 8.000 kaum LGBT. Sedangkan anggota aktif dalam kegiatan Arcoirs sendiri berjumlah 300 lebih.
Arcoirs telah berhasil membujuk 57 keluarga dengan memberi penjelasan dan sosialisasi tentang LGBT agar mereka mampu menerima anak dan keluarga mereka dengan kondisi yang ada.
Selain itu, Dokter Aida Gonçalves yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut meminta pada masyarakat dan khususnya pada keluarga untuk mulai menghargai eksistensi LGBT sebagai sesama manusia dan tentunya untuk para LGBT di TL untuk bisa lebih berani untuk mengekspresikan diri mereka dengan kemampuan yang ada.
“Kalian harus tetap percaya diri, jangan hanya karena bully kalian menjadi orang lain,” jelas Dokter Aida.
Diskusi tersebut dihadiri sekitar 50 peserta terdiri dari anggota LGBT di TL, mahasiswa dan juga organisasi masyarakat lainnya.
Usai melakukan diskusi, UE dan DIFF melakukan pemutaran dua film edukasi “Sheer Qorma” dan “Taiwan-Let’s get married“. Adapun film dokumenter Prancis “Cassandro, The Exotic“, yang difasilitasi oleh Prancis di Timor-Leste.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz