DILI, 15 september 2021 (TATOLI)— Sebanyak 500 tenaga kerja (naker) yang telah lulus tes ketenagakerjaan untuk Korea Selatan (Korsel) meminta pemerintah melalui Sekretariat Pelatihan Professional Ketenagakerjaan (SEFOPE) untuk melakukan negosiasi agar mengirimkan mereka sebelum memutuskan kontrak kerja.
Juru bicara, Filipe Hau Kotorze mengatakan, para naker sudah lama menunggu kontrak dari perusahaan di Korsel. Namun karena adanya pandemi ini pemerintah menjadikannya sebagai alasan agar menunda keberangkatan mereka.
“Kami sudah siap untuk mengikuti setiap kriteria yang ada. Kami siap bayar hotel untuk karantina dan juga untuk ticket pesawat. Jika kita melewatkan kesempatan kontrak maka negara lain akan mengambilnya,” kata Filipe melalui konferensi pers di SEFOPE Becora, Dili, rabu ini.
Ia mengatakan, 500 naker terdiri dari mereka yang sudah selesai mengikuti tes kelayakan sejak tahun 2019 sampai 2020. Dari jumlah itu, beberapa naker sudah mendapatkan kontrak dari perusahaan, namun sampai sekarang belum diberangkatkan.
Sementara itu, Leonildo Gomes, salah satu naker mengakui dampak dari Covid-19, pemerintah menunda pengiriman mereka. Ia berharap pemerintah segera menyesuaikan situasi agar terus mengirim naker. Karena, mereka telah menghabiskan banyak waktu untuk mengikuti kursus.
“Kami telah menghabiskan banyak waktu untuk menunggu mulai dari kursus dan tes kelayakan. Jika pemerintah menjadikan alasan kriteria yang sangat ketat maka kami siap mengikutinya,” tuturnya.
Dilain pihak, Rui Gomes Mesquita pun dalam konferensi tersebut menyebutkan, 37 naker yang sebelumnya telah mendapatkan kontrak telah mengambil pinjaman lebih dari $2,000 hanya untuk bisa membayar tiket dan hotel untuk karantina.
Tetapi, katanya, sampai sekarang SEFOPE sendiri belum memberikan penjelasan apapun kepada para naker tentang situasi yang sedang berlangsung. “Jika kami tidak segera bekerja maka siapa yang akan membayar pinjaman ini,” ucap Rui.
Reporter : Cidalia Fátima
Editor : Armandina Moniz